Peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian
Jakarta (ANTARA) - Pengelolaan utang luar negeri pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Sektor-sektor tersebut yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 18,9 persen dari total utang luar negeri pemerintah, konstruksi (16,4 persen), jasa pendidikan (15,9 persen), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,2 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (13,9 persen)," kata Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) dalam info terbarunya di Jakarta, Selasa.

Mengenai utang luar negeri swasta, kata Bank Indonesia, secara sektoral didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara, serta sektor pertambangan dan penggalian.

"Pangsa utang luar negeri di keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 75,6 persen," kata BI.

Utang luar negeri Indonesia pada Agustus 2019 tercatat sebesar 393,5 miliar dolar AS, terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 196,3 miliar dolar AS, serta utang swasta, termasuk BUMN, sebesar 197,2 miliar dolar AS.

Utang luar negeri Indonesia tersebut tumbuh 8,8 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,9 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh transaksi pembayaran neto utang luar negeri.

“Perlambatan pertumbuhan utang luar negeri tersebut disebabkan oleh menurunnya posisi utang luar negeri publik dan utang luar negeri swasta dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya,” kata Bank Indonesia.

Dijelaskan Bank Indonesia, utang luar negeri pemerintah pada Agustus 2019 tumbuh 8,6 persen (yoy) menjadi 193,5 miliar dolar AS, melambat dari Juli 2019 yang tumbuh 9,7 persen (yoy).  Selain tumbuh melambat, posisi utang luar negeri pemerintah itu juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya karena berkurangnya posisi Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki oleh investor asing.

Sementara itu, posisi utang luar negeri swasta pada akhir Agustus 2019 tumbuh 9,3 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 12,6 persen (yoy). Pelunasan utang dagang korporasi bukan lembaga keuangan mendorong penurunan posisi utang luar negeri swasta sebesar 2,6 miliar dolar AS menjadi 197,2 miliar dolar AS.

Menurut Bank Indonesia, struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Agustus 2019 sebesar 36,1 persen, membaik dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.
Selain itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi oleh utang yang berjangka panjang dengan pangsa 88,1 persen dari total utang luar negeri.

Dalam rangka menjaga struktur utang luar negeri tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan utang tersebut, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.


“Peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” kata Bank Indonesia.
 

Baca juga: Utang luar negeri Indonesia Agustus 2019 tumbuh melambat









Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019