New York (ANTARA) - Harga minyak kembali lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena pasar terus mengkhawatirkan melemahnya permintaan global seiring dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi.

Para analis mengatakan para investor khawatir bahwa ketidakpastian perdagangan di antara ekonomi-ekonomi utama dunia akan menyebabkan penurunan ekonomi global dan mengurangi permintaan minyak.

Patokan AS, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun 0,78 dolar AS menjadi menetap pada 52,81 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan internasional, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember, berkurang 0,61 dolar AS menjadi ditutup pada 58,74 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sehari sebelumnya harga minyak juga jatuh sekitar dua persen di tengah kekhawatiran bahwa permintaan minyak mentah global dapat tetap di bawah tekanan.

Kekhawatiran muncul karena beberapa rincian tentang fase pertama kesepakatan perdagangan AS-China tidak banyak memastikan resolusi cepat untuk pertarungan tarif.

Pada Jumat (11/10/2019) malam, Washington dan Beijing menjabarkan tahap pertama dari kesepakatan perdagangan dan menangguhkan kenaikan tarif AS minggu ini. Brent dan WTI naik lebih dari tiga persen minggu lalu, kenaikan mingguan pertama mereka sejak minggu yang dimulai 20 September, karena tanda-tanda kemajuan menuju kesepakatan perdagangan yang akan mendorong permintaan minyak mentah.

Tetapi optimisme bahwa negosiasi perdagangan akan terbukti berhasil memudar, karena China mengindikasikan diskusi lebih lanjut diperlukan dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan putaran tarif impor berikutnya China masih akan mulai berlaku pada 15 Desember jika kesepakatan belum tercapai saat itu.

Tetapi tarif yang ada tetap berlaku dan para pejabat di kedua belah pihak mengatakan lebih banyak pekerjaan diperlukan sebelum kesepakatan dapat disepakati.

Sementara itu, para investor juga mencerna perkiraan penurunan pertumbuhan ekonomi global oleh Dana Moneter Internasional (IMF), yang dipatok pada tingkat tiga persen untuk 2019, menandai laju paling lambat sejak krisis keuangan global. Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.

Baca juga: Harga emas jatuh hingga 14,1 dolar, tertekan kenaikan ekuitas AS

Baca juga: Dolar AS melemah, tertekan lonjakan pound di tengah optimisme Brexit

Baca juga: Saham-saham di Wall Street melambung, ditopang laporan laba yang kuat


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019