Ekspresi kecewa para pemain Manchester United (ki-ka) Harry Maguire, Fred dan Jesse Lingard seusai gawang mereka kemasukan gol kedua West Ham United dalam lanjutan Liga Inggris di Stadion Olimpiade, London, Inggris, Minggu (22/9/2019). (ANTARA/REUTERS/David Klein)

Macetnya "roda" Ole

Hanya sehari setelah Mourinho dipecat, MU segera menunjuk Ole Gunnar Solskjaer sebagai pelatih interim per 19 Desember 2018.

Masa kepelatihan interim diwarnai raihan positif yakni 14 kemenangan dari 19 pertandingan yang dijalani. Keberhasilan Solskjaer memimpin MU menciptakan comeback di putaran 16 besar Liga Champions kontra Paris Saint-Germain jelas menjadi raihan terbaiknya di MU, yang belakangan mengantarkannya mendapat kontrak permanen berdurasi tiga tahun.

Kepemimpinan Solskjaer di MU sempat disambut dengan chant dari para suporter berupa jargon "Ole's at the wheel" atau menggambarkan kepercayaan bahwa sosok legendaris pahlawan juara Liga Champions 1999 itu bakal menjalankan roda Setan Merah menuju ke arah kesuksesan lagi.

Ironisnya, beberapa pekan sebelum memperoleh kontrak permanen MU menelan kekalahan 0-2 dari Arsenal. Tren buruk berlanjut, dan Solskjaer hanya meraih dua kemenangan dan dua hasil imbang dari delapan pertandingan sisa Liga Premier 2018/19 serta kalah dua laga beruntun kontra Barcelona di perempat final Liga Champions.

Harapan MU sempat melambung lagi setelah mereka mendatangkan bek kanan Aaron Wan-Bissaka dan bek tengah Harry Maguire serta sayap remaja Daniel James. Nama kedua didatangkan sebagai bek termahal di dunia.

Baca juga: Maguire ubah MU jadi benteng yang sulit ditembus

Baca juga: Harry Maguire ingin Manchester United kembali percaya diri


Optimisme di kubu Setan Merah kian menjadi-jadi ketika mereka sukses melumat Chelsea 4-0 di Old Trafford pada pekan pembuka, seolah mengabaikan lawannya dilatih manajer baru yang perlu penyesuaian dengan skuat muda dan dikenai sanksi larangan transfer selama setahun.

Namun, optimisme yang terlalu melambung terkadang meninggalkan rasa sakit yang lebih mendalam ketika dihempaskan dalam waktu cepat. Dan itu terjadi di MU.

Selepas kemenangan gemilang kontra Chelsea, MU baru sekali menang lagi hingga memasuki pekan kedelapan Liga Inggris dan kini tertahan di urutan ke-12 dengan raihan sembilan poin atau hanya berjarak dua poin dari zona degradasi.

Hasil itu dibarengi dengan raihan yang tak terlalu menggembirakan di Liga Europa serta Piala Liga Inggris, menimbulkan perbedaan opini terhadap Solskjaer tentang apakah ia masih pantas mengemban tugas sebagai manajer MU.

Roda yang dituntun Solskjaer untuk mengantarkan MU menuju jalur kesuksesan agaknya saat ini menemui kemacetan.

Halaman selanjutnya: Ada perpecahan tentang..

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019