Jakarta (ANTARA) - Panitia kejuaraan nasional karate Piala Anton Lesiangi 2019 di Bandung 8-10 November menargetkan 400 peserta turun pada kejuaraan yang digagas oleh pendiri Pengurus Besar Lembaga Karate-Do Indonesia (PB Lemkari) itu.

"Target kami 300 sampai 400 peserta dari 34 provinsi. Total ada 69 kelas (putra-putri) dalam tujuh katagori yang dipertandingkan," kata Ketua Umum PB Lemkari, Jeannie Z Monoarfa dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu.

Kejuaraan Piala Anton Lesiangi 2019 yang pelaksanaannya bersamaan dengan Kwarnus Cup 2019 memiliki beberapa misi penting. Selain untuk menguji kemampuan atlet dalam hal prestasi, kejuaraan ini juga untuk meluruskan sejarah PB Lemkari.

Baca juga: Karateka cilik Indonesia raih juara di Praha

Selain menggelar kejuaraan, PB Lemkari bekerja sama dengan Kwartet Nusantara juga akan menggelar penyegaran wasit, short course/penataran pelatih dan sarasehan yang akan dihadiri seluruh unsur yang terlibat dalam pembinaan di bawah naungan PB Lemkari yang didirikan Anton Lesiangi.

"Selain itu, sengaja kami membuat event ini sebagai refleksi atau mengingatkan kembali akan kejayaan Lemkari seperti tahun 80 -90 an dimana banyak sekali lahir karateka berprestasi di tingkat nasional maupun internasional," kata Jeannie Z Monoarfa menambahkan.

Wanita yang juga istri dari Anton Lesiangi itu menegaskan pihaknya membuka tangan bagi karateka Lemkari di seluruh Indonesia yang ingin mengikuti kejurnas Kwarnus Cup 2019 dan Piala Anton Lesiangi I.

Baca juga: Indonesia juara umum kejuaraan karate internasional Brunei

"Kalau buat kami, Lemkari itu tidak ada sebelah mana - sebelah mana. Sepanjang mereka masih memakai lambang macan yang menjadi simbol Lemkari sejak pertama kali didirikan oleh Anton Lesiangi pada 1970, mereka adalah keluarga dan darah daging kami. Jadi akan kami terima dengan tangan terbuka jika ingin mengikuti ajang ini," kata Jeannie.

"Sejujurnya mereka itu banyak yang tidak tahu bahwa sudah ada dua akta atas nama Lemkari. Di media sosial ramai sekali atlet dan pengurus yang menyuarakan suara hatinya. Mereka nyatakan kalau tahu Lemkari yang mereka ikuti pendirinya adalah orang baru mereka tidak mau. Bahkan banyak sudah yang membuat surat pernyataan mundur dari Lemkari baru tersebut dan kembali ke Lemkari yang didirikan Anton Lesiangi yang diakui PB FORKI," tutur Jeannie.

Saat ini memang ada dua nama perkumpulan yaitu Perkumpulan Karate-Do Indonesia dan satu lagi atas nama Lembaga Karate-Do Indonesia (Lemkari). Namun, Jeannie tetap memaklumi ketidaktahuan pengurus Lemkari di daerah. Karena itu, dia tidak mau menyalahkan mereka.

Baca juga: Panglima TNI Hadi Tjahjanto terpilih sebagai ketua umum PB FORKI

"Saya dengar Perkumpulan Karate-Do Indonesia menggunakan lambang yang sama dengan Lembaga Karate-Do Indonesia yaitu lambang macan. Hanya aktanya yang beda. Akta mereka kan tidak mungkin diakui oleh PB FORKI. Karena diatur secara jelas dan tegas dalam AD/ART PB FORKI. Bahkan dalam AD/ART PB FORKI dinyatakan perubahan nama, perubahan lambang harus disampaikan dalam Kongres. Dan harus disetujui oleh 2/3 anggota PB FORKI," kata Jeannie menerangkan.

Jeannie menambahkan PB Lemkari akan terus konsisten dengan tujuannya untuk membina atlet. Bahkan dalam waktu dekat, PB Lemkari akan bekerjasama dengan Jepang dan Jerman untuk meningkatkan kualitas atlet, pelatih, wasit dan juri binaan PB Lemkari.

Baca juga: Indonesia peringkat 11 AKF 18 Cadet Junior dan Kejuaraan Asia U-21

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019