Mogadishu, (ANTARA News) - Dua-belas orang telah tewas dan 18 orang lagi cedera Senin, setelah tentara Ethiopia dan pasukan pemerintah Somalia membom daerah permukiman di bagian timur-laut ibukota negeri itu, Mogadishu, menyusul serangan gerilyawan terhadap pangkalan pasukan pemerintah Somalia dan Ethiopia, kata beberapa saksi mata dan laporan media. "Sepuluh warga sipil diketahui telah tewas dan lima-belas orang lagi cedera, setelah tentara Ethiopia dan pasukan pemerintah Somalia, yang baru dilatih, membom daerah permukiman Waharadde, Ad-Dala, dan Suqa Holaha di kabupaten Huruwa di kota Mogadishu," demikian laporan radio setempat, Shabelle. Beberapa saksi mata mengatakan banyak orang yang cedera telah terperangkap di rumah mereka akibat penutupan jalan yang diberlakukan di ibukota Somalia tersebut pada malam hari, demikian diwartakan Xinhua. Jurubicara gerilyawan Uni Pengadian Syari`ah, Sheik Abdirahim Isse Adow, mengatakan kepada wartawan bahwa petempur dari kelompoknya berada di belakang serangan terhadap pasukan pemerintah Somalia dan Ethiopia. "Dua petempur kami telah syahid dan tiga lagi cedera dalam serangan terpadu yang kami lancarkan terhadap musuh (Ethiopia) dan antek mereka (pasukan pemerintah Somalia)," kata Adow. Adow mengatakan para petempur tersebut "merenggut banyak korban jiwa" di pihak pasukan pemerintah dan tentara Ethiopia. Ia tak memberi perincian. Beberapa pejabat pemerintah Somalia atau komandan militer Ethiopia di Somalia, yang tak biasa berbicara kepada media mengenai urusan keamanan, tak mengomentari pernyataan gerilyawan itu atau mengenai korban jiwa dari pihak sipil. Pemerintah Somalia berada di tengah krisis politik setelah percekcokan yang berkembang antara tokoh senior mencuat menyusul pengunduran diri hampir dua-pertiga anggota kabinet mengenai pemecatan Walikota Mogadishu, sekutu dekat Presiden Abdullahi Yusuf Ahmed, oleh Perdana Menteri Somalia Nur Hassan Hussein. Walikota tersebut menolak untuk meletakkan jabatan dan menyatakan jabatannya dipulihakn oleh presiden dalam satu suratnya. Perdana Menteri tersebut menunjuk enam menteri baru untuk mengganti menteri pro-presiden yang mundur dari pemerintahnya dan mengatakan ia akan segera menangkat sisanya setelah konsultasi lebih lanjut. Somalia menghadapi krisis kemanusiaan akibat konflik, kemarau, dan kenaikan harga kebutuhan pokok. Sebanyak 2,6 juta orang Somalia, yang mewakili 35 persen penduduk negeri itu, diduga sangat memerlukan bantuan kemanusiaan. Gerilyawan melancarkan serangan hampir-setiap-hari terhadap pemerintah peralihan dan sekuru militernya dari Ethiopia. PBB memperkirakan bahwa sebanyak 1,5 juta orang telah menyelamatkan diri setelah pertempuran baru-baru ini. Kelompok oposisi di negeri tersebut, yang meliputi satu gerakan yang terguling dari kekuasaan pada 2006, menentang tentara Ethiopia tetap berada di Somalia. Tentara Uni Afrika belum dapat memadamkan kerusuhan, yang telah memicu apa yang dikatakan pekerja bantuan sebagai krisis kemanusiaan terburuk di Afrika. Soamlia tak memiliki pemerintah sejak 1991, ketika mantan presiden Mohamed Siad Barre digulingkan. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008