Bogor (ANTARA News) - Biofortifikasi tanaman pangan bisa menjadi salah satu solusi mengatasi masalah kekurangan zat gizi mikro, termasuk pro-vitamin A, zat besi, dan zinc, melalui proses rekayasa genetika. Ketua tim peneliti beras pada International Rice Research Institute (IRRI), Dr Gerard Barry mengatakan di Bogor, Jawa Barat, Rabu, biofortifikasi pada tanaman pangan diharapkan melengkapi upaya pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro yang selama ini telah dilakukan melalui langkah fortifikasi produk pangan berupa tepung dan minyak. "IRRI mempunyai komitmen untuk meningkatkan kandungan zat besi, zinc dan beta karoten pada beras," kata Barry dalam konferensi internasional bioteknologi yang digelar pada 5-7 Agustus di Bogor. Proyek penelitian IRRI tersebut didanai oleh USAID melalui HarvestPlus Rice Crop Team, Universitas Freiburg, dan program Grand Challenge dari Yayasan Bill & Melinda Gates. Saat ini, IRRI tengah menguji produk biofortifikasi yang dinamai Golden Rice, yang sudah disilangkan dengan varietas padi IR64 dengan pengujian lapangan dilakukan di Filipina. Fortifikasi adalah program memasukan unsur nutrisi dalam makanan atau bahan pokok. Pengembangan Golden Rice dilakukan dengan merekayasa gen dalam beras sehingga mampu memproduksi pro-vitamin A, salah satu zat gizi mikro yang sebenarnya hanya ditemui pada bagian daun tanaman padi. Ia mengatakan, beras dikonsumsi sebagai makanan pokok oleh hampir separuh warga dunia sebagai pemasok utama kalori, terutama di wilayah Asia dan Afrika. Ketergantungan yang tinggi terhadap satu jenis makanan pokok ini memicu terjadinya defisiensi zat gizi mikro seperti zat besi, vitamin A dan zinc. Di negara-negara berkembang, 500 ribu orang terutama anak-anak buta tiap tahun dan hampir 9 juta anak-anak mati setiap tahun karena malnutrisi. Defisiensi vitamin A sangat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh sehingga mendorong tingginya angka kematian anak akibat berbagai macam penyakit. Selain Golden Rice, IRRI yang bermarkas di Los Banos, Filipina tersebut juga melakukan penelitian untuk meningkatkan kandungan zat besi pada kedelai serta asam amino esensial pada beberapa jenis biji-bijian lain. Sementara itu, Direktur Southeast Asia Food Science and Technology Center (SEAFAST) Institut Pertanian Bogor (IPB), Purwiyatno Hariyadi, PhD mengatakan, biofortifikasi bisa dijadikan alternatif peningkatan gizi masyarakat. "Bukan hanya pada beras saja, tetapi juga produk pangan lain," kata dia. Berbeda dengan fortifikasi, dengan biofortifikasi zat gizi mikro yang ditambahkan menjadi bagian dari tanaman tersebut sehingga kehilangan zat gizi pada saat pemrosesan menjadi bahan pangan bisa dikendalikan. "Secara teori, teknik ini berpotensi untuk dikembangkan ke produk tanaman pangan apa saja," katanya. Masalahnya, lanjut dia, selain memerlukan teknologi canggih, rekayasa genetika pada tanaman pangan masih tergolong sensitif karena kekhawatiran sebagian masyarakat mengenai faktor keamanan pangan. "Padahal sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena untuk produk-produk tersebut sudah melalui evaluasi keamanan," kata Purwiyatno. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008