Jakarta (ANTARA) - Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, menegaskan pihaknya selalu mendapat laporan dan data seketika tentang perkembangan situasi keamanan dari udara.dengan mengerahkan  UAV dan Boeing B-737 Surveillance.

“Tidak pernah kosong karena secara seketika kami bisa mendapatkannya setiap saat,” katanya di Jakarta, Minggu.

Tjahjanto memeriksa langsung kesiapan TNI dalam pengamanan DKI Jakarta dan sekitarnya pada hari pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. Bersama Kepala Kepolisian Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian, dia memakai kendaraan taktis tempur ringan datang ke Lembaga Kedokteran Gigi TNI AL di mana pasukan dikumpulkan.

Baca juga: Panglima TNI pantau kesiapan pengamanan pelantikan presiden

Tjahjanto sempat berdialog dan menanyakan secara langsung kepada pasukan Korps Marinir TNI AL yang disiagakan di sana tentang langkah-langkah serta koordinasi pengamanan yang harus mereka lakukan. Adapun Komandan Korps Marinir TNI AL, Mayor Jenderal TNI Suhartono, menyaksikan semua proses itu.

Tentang aliran data seketika yang diperoleh, Tjahjanto berkata, “Kami mengerahkan pesawat Boeing B-737 Surveillance secara bergantian. Tidak pernah kosong. Sedangkan pesawat terbang tanpa awak (PTTA) terbang terus-menerus karena masing-masing bisa terbang sampai sembilan jam tanpa henti.”

Dalam operasi pengamanan kali ini, Markas Besar TNI menggelar markas bayangan di Jalan Medan Merdeka Barat yang berdekatan dengan Istana Merdeka di mana Tjahjanto dan jajarannya dapat mengendalikan semua operasi pengamanan.

Baca juga: 1.500 personel gabungan disiagakan jelang pelantikan Presiden

Baca juga: Pengamanan di Kompleks Parlemen diperketat


Data seketika dari udara oleh Boeing B-737 Surveillance Skuadron Udara 5 TNI AU itu juga diakses Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional di Markas Besar Komando Pertahanan Udara Nasional TNI, di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Untuk PTTA, mandala operasinya adalah DKI Jakarta dan sekitarnya. Jika ada yang mencurigakan berdasarkan data visual dan digitalnya maka pengendali operasi dapat mengerahkan helikopter ke titik yang dimaksudkan.

“Sedangkan Boeing B-737 Surveillance didapat langsung dari ketinggian 16.000 kaki dari permukaan tanah, dapat ‘menembak’ tiap pos-pos yang dimaksud. Kemudian diyakinkan oleh helikopter,” kata dia. Dengan begitu, operasi pengamanan bisa dilakukan secara cepat, efisien, dan efektif.

“PPTA yang dikerahkan ada piranti infra merah sehingga jika ada sniper di atas gedung yang mencurigakan, misalnya, bisa langsung diketahui. Bahkan jika itu metal juga bisa,” kata dia.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2019