saya paham betul lima 'action point' terakhir yang disampaikan oleh Presiden Jokowi
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo resmi dilantik sebagai orang nomor satu di Indonesia pada Minggu, 20 Oktober 2019 untuk masa tugas 2019-2024.

Kurang dari satu hari setelah dilantik, Senin (21/10) sekitar pukul 10.00 WIB, Jokowi mulai memanggil sejumlah nama yang akan duduk dalam susunan kabinetnya.

Salah seorang yang hadir ke Istana Kepresidenan untuk menemui Presiden Jokowi adalah Fadjroel Rachman dengan mengenakan kemeja putih.

Meski begitu, sejauh ini belum diketahui jabatan yang akan ditempati oleh Fadjroel Rachman, apakah sebagai menteri atau sebagai juru bicara Kepresidenan. Sementara, susunan lengkap kabinet pemerintahan akan diumumkan secara resmi oleh Presiden Jokowi pada Rabu (23/10).


Baca juga: Mantan aktivis Fadjroel Rachman diminta bantu Presiden Jokowi

Usai melakukan pertemuan dengan Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman menyampaikan bahwa dirinya bersama Presiden lebih banyak mendiskusikan pidato pelantikan yang disampaikan Presiden Jokowi kemarin, terutama mengenai poin-poin penting dalam pidato tersebut.

"Karena selama ini saya aktif sebagai Komisaris Utama di PT Adhi Karya (Persero) Tbk. yang berurusan dengan infrastruktur, termasuk yang terakhir yakni LRT Jabodebek sehingga saya paham betul lima 'action point' terakhir yang disampaikan oleh Presiden Jokowi," katanya di Jakarta, Senin.

Lima poin aksi dalam pidato pelantikan Presiden Jokowi, antara lain terkait sumber daya manusia, kemudian infrastruktur, debirokratisasi, deregulasi dan terakhir transformasi ekonomi.

Menurut Fadjroel, kalau ini bisa dijalankan menjadi satu pekerjaan besar bersama selama lima tahun mendatang, akan membuat pemerintahan Jokowi - Ma'ruf Amin memberikan sebuah warisan sangat besar bagi Republik Indonesia ini.

Fadjroel Rachman merupakan pengamat sekaligus aktivis kelahiran Banjarmasin, 17 Januari 1964.

Fadjroel meraih gelar Sarjana Muda Jurusan Kimia dari Institut Teknologi Bandung, lalu S1 Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kemudian dia juga meraih S2 Hukum Ekonomi dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dan S3 Komunikasi Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik  Universitas Indonesia.

Baca juga: Fadjroel Rachman serahkan laporan kekayaan ke KPK

Fadjroel Rachman merupakan salah satu aktivis yang turun ke jalan pada tahun 1998 untuk menuntut Presiden Soeharto turun saat semangat reformasi menggelora di seluruh wilayah Indonesia.

Selain tetap aktif sebagai aktivis dan pengamat, Fadjroel juga merupakan sosok produktif yang banyak membuat buku seperti "Demokrasi Tanpa Kaum Demokrat", antologi puisi "Sejarah Lari Tergesa", dan "Indonesianisasi Saham Penanaman Modal Asing: Studi Tentang PT Freeport Indonesia".

Anti korupsi

Sebagai seorang aktivis, Fadjroel Rachman dikenal sebagai sosok yang anti terhadap praktik korupsi.
Dia pernah mendirikan Kompak (Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi) bersama sejumlah tokoh LSM dan akademisi.
Saat diangkat menjadi Komisaris Utama Adhi Karya, Fadjroel langsung bergerak.

Ia ingin menerapkan sistem kerja yang transparan di Adhi Karya. Pasalnya, di perusahaan tersebut terjadi kasus korupsi proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di Bukit Hambalang yang menyeret mantan Direktur Operasi I PT Adhi Karya Teuku Bagus Mokhamad Noor.

Fadjroel ingin mengembalikan integritas Adhi Karya sebagai BUMN yang tidak hanya untung tetapi juga bisa bekerja sesuai prinsip "good corporate governance" dan efisien.

Aktivitas sosial lainnya yang dirintis oleh Fadjroel Rachman yakni kegiatan sosial yang dirintis sejak September 2011 yakni Yayasan Indonesia Cerdas dengan tagline  "Indonesia Cerdas, Mencerdaskan Indonesia" yang dikhususkan untuk membangun infrastruktur dan sumber daya manusia bidang pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD).

Kegiatan yayasan ini meliputi pembangunan perpustakaan, perbaikan atau renovasi gedung Sekolah Dasar, pelatihan guru SD agar berdaya saing internasional, dan memberikan beasiswa kepada siswa dan siswi Sekolah Dasar berprestasi dan berbakat. Perpustakaan yang sudah dibangun dan diserahkan berlokasi di SDN 01 Pagi Cilincing Jakarta Utara, DKI Jakarta, pada tanggal 5 Juni 2013.

LRT Jabodebek

Ketika Fadjroel Rachman menjabat sebagai Komisaris Utama Adhi Karya, BUMN tersebut menangani proyek LRT Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek).

Proyek LRT Jabodebek adalah proyek transportasi berbasis rel dengan detail kompleks dan skala yang sangat besar. LRT Jabodebek dibangun untuk mengurangi kepadatan kendaraan yang masuk Jakarta dari kota-kota satelit di sekitarnya.

Diharapkan dengan dibangunnya moda transportasi LRT Jabodebek bisa meminimalkan kemacetan di tol Jakarta – Cikampek (Japek) dan Jagorawi.

Proyek LRT Jabodebek dibagi dalam dua tahap, saat ini proyek LRT Jabodebek yang sedang berjalan adalah tahap 1 yang diperkirakan akan rampung tahun 2019 mendatang. Adapun LRT Jabodebek tahap I terdiri dari 3 lintas layanan yaitu Lintas layanan 1 Cawang-Cibubur, Lintas Layanan 2 Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, Lintas Layanan 3 Cawang – Bekasi Timur.

Baca juga: Menhub: Tarif LRT Jabodebek diperkirakan sebesar Rp12.000

Progres pelaksanaan pembangunan prasarana LRT Jabodebek tahap pertama telah mencapai 66,13 persen. Sementara pelaksanaan pembangunan prasarana lintas pelayanan 1 dengan rute Cawang-Cibubur telah mencapai 85,7 persen.

Pelaksanaan pembangunan prasarana lintas pelayanan 2 dengan rute Cawang-Kuningan-Dukuh Atas mencapai 56,1 persen.

Untuk progres pelaksanaan pembangunan prasarana lintas pelayanan 3 dengan rute Cawang-Bekasi Timur mencapai 59,5 persen.

Proses pengangkatan rangkaian kereta pertama Light Rail Transit (LRT) atau kereta layang ringan Jabodebek di pemberhentian Stasiun Cibubur, Jakarta Timur, rampung dilaksanakan pada Minggu (13/10).

Baca juga: Rangkaian kereta LRT Jabodebek berhasil diangkat, begini pujian Luhut

Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019