...nah kita baru bisa menilai ketika nanti setelah 100 hari...
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin menilai calon menteri dari kalangan profesional yang sudah datang ke Istana Negara pada Senin (21/10) memiliki kapasitas yang sangat layak masuk kabinet.

"Misalkan Mahfud MD, Nadiem Makarim, Whisnutama saya melihat sangat layak dan cocok, karena secara integritas masih bisa diandalkan, punya prestasi dan keahlian," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin di Jakarta, Senin.

Baca juga: Masuknya pendiri Gojek di Kabinet Jokowi dinilai bawa aura positif

Baca juga: Calon menteri diundang ke Istana Rabu jam 7 dilantik jam 9

Baca juga: Prabowo akan menjadi menteri di bidang pertahanan

Baca juga: Humas Pemkot Surabaya tanggapi kabar Risma masuk kabinet Jokowi-Ma'ruf


Asalkan, menurut dia para menteri dari kalangan profesional ini diberikan kesempatan untuk menunjukkan kapasitas dan kapabilitas mereka saat menjalankan tugas nantinya.

"Tinggal kita beri peluang dan kesempatan mereka untuk bekerja, nah kita baru bisa menilai ketika nanti setelah 100 hari, apakah berjalan atau tidak, tidak bisa beberapa hari langsung dinilai baik buruknya," kata dia.

Tiga nama tersebut kata Ujang Komaruddin telah menunjukkan prestasi dan sukses di bidangnya masing-masing saat berkarier sebagai profesional.

Sementara itu, terkait nama lain yang berasal dari partai politik yang juga telah dipanggil Presiden Jokowi ke Istana pada Senin ini kata dia, juga memiliki kapasitas untuk menjadi menteri.

"Secara latar belakang Prabowo mumpuni kalau dia membantu di Menhan, kita tidak bisa menutup mata bahwa Prabowo ahli di situ, kan dia sudah Letjen bintang tiga," ucapnya.

Hanya saja dengan masuknya Prabowo ke dalam jajaran kabinet, artinya Partai Gerindra positif menjadi bagian dari koalisi pemerintahan.

"Prabowo sudah dipanggil, artinya Gerindra sudah akan menjadi bagian koalisi Presiden Jokowi. Tinggal menyisakan PKS, ini kan memperlemah, mematikan oposisi, tidak baik dalam konteks cek dan balans dalam berdemokrasi," ujarnya.

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019