Jakarta (ANTARA) - Industri tekstil, kulit, dan alas kaki merupakan sektor penyumbang devisa negara yang cukup signfikan, tercermin dari nilai ekspor pada tahun 2018 sebesar 18,96 miliar dolar AS atau berkontribusi hingga 10,52 persen dari total ekspor nasional.

Selain itu, sektor yang tergolong padat karya tersebut, menyerap tenaga kerja sebanyak 4,65 juta orang.

“Industri tekstil, kulit dan alas kaki menjadi sektor tertua di Indonesia, yang telah mempunyai struktur kuat dari hulu sampai hilir  dan produknya memberikan kontribusi nomor tiga dari seluruh komoditas ekspor nasional," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Sigit menyampaikan hal itu pada pembukaan "Pameran Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Tahun 2019" di Jakarta.

Potensi tersebut, membuat Kemenperin memprioritaskan pengembangan daya saing terhadap industri tekstil, kulit dan alas kaki. Apalagi, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil dan pakaian dipilih sebagai sektor pionir dalam penerapan industri 4.0 di Tanah Air.

Sigit menyampaikan, pemerintah saat ini sedang fokus memacu ekspor dari sektor industri manufaktur. Hal ini guna memperkuat struktur perekonomian nasional.

“Saat ini kita punya industri hulu yang menghasilkan polyesterdan rayon, yang dapat menopang kebutuhan bahan baku industri tekstil. Ini bisa mengoptimalkan produktivitas dan menjadi lebih kompetitif,” tuturnya.
Baca juga: Industri alas kaki tahun 2018 naik 9.42 persen
Baca juga: Produksi sepatu Indonesia duduki peringkat ke-4 dunia

 

Untuk menggenjot daya saing industri tekstil, kulit dan alas kaki di dalam negeri, Kemenperin menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten. Misalnya meluncurkan program pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri serta program Diklat 3 in 1.

“Selain itu, seiring dengan implementasi industri 4.0, kami juga mendorong pelaku industri kita agar dapat memanfaatkan teknologi modern. Karena dengan restrukturisasi mesin dan peralatan, produksi bisa menjadi lebih efisien,” paparnya.

Dalam upaya memperluas akses pasar ke kancah global, Kemenperin memfasilitasi sejumlah pelaku industri dalam negeri untuk ikut serta dalam ajang pameran baik yang skala nasional maupun internasional.

“Jadi, partisipasi di kegiatan pameran yang bersifat teknis dan masif, juga perlu didukung oleh seluruh stakeholderterkait,” ujarnya.

Pameran Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Tahun 2019 digelar Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) di Plasa Pameran Industri, Lobby Kemenperin, Jakarta berhasil menggandeng sebanyak 48 perusahaan untuk tampil di kegiatan yang berlangsung pada tanggal 22-25 Oktober 2019 tersebut.

Para peserta itu, meliputi industri tekstil dan produk tekstil sebanyak 21 perusahaan, industri alas kaki casual, safety shoesdan sepatu olah raga (8 perusahaan), industri barang jadi kulit (tas, jaket, sarung tangan, dan asoseris) sebanyak 14 perusahaan, serta industri lainnya seperti produsen karpet, spring bed/kasur, produk aksesoris rumah tangga, dan perusahaan pendukung (5 perusahaan).

“Seluruh hasil produksi peserta pameran ditujukan untuk pasar ekspor dan pasar dalam negeri yang kualitasnya tidak kalah bersaing dengan produk merek impor. Oleh karena itu, produk yang dipamerkan dapat menjadi substitusi impor,” paparnya.

Sigit pun mengungkapkan, pihaknya akan memfasilitasi pelaku industri tekstil, kulit dan alas kaki di dalam negeri untuk ikut serta pada ajang pameran skala internasional, yakni Hannover Messe 2020 di Jerman yang mengusung tagline “Everything Indonesia”.
 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019