Rebo Kasan ini punya tujuan memohon kepada Allah agar dijauhkan dari segala bala bencana
Palembang (ANTARA) - Masyarakat di Kota Palembang khususnya kelompok turunan Arab masih melaksanakan tradisi Rebo Kasan atau Rabu Akhir untuk menolak bala yang saat ini sangat jarang ditemui atau nyaris punah.

Salah seorang tokoh budaya Palembang, Anna Kumari, Rabu, mengatakan bahwa Rebo Kasan telah ada sejak ratusan tahun lalu yang dilaksanakan hampir di semua masjid atau mushalla di Kota Palembang, namun saat ini hanya segelintir masjid yang masih melaksanakannya.

"Rebo Kasan ini punya tujuan memohon kepada Allah agar dijauhkan dari segala bala bencana, tapi semakin sedikit yang masih melakukannya," ujar Anna Kumari usai melasanakan Rebo Kasan.

Baca juga: Permintaan daging meningkat jelang "Rebo Kasan"

Baca juga: Masyarakat Bangka gelar tradisi "Rebo Kasan"


Rebo Kasan dilaksanakan pada hari rabu terakhir bulan Shafar setiap tahun, di dalamnya berisi tiga runut kegiatan, yakni Shalat Sunat Safar, Bekela atau makan-makan dan mandi Safar.

Shalat Sunat Safar empat rakaat yang dilakukan tanpa imam, utamanya dilaksanakan pada pagi hari, namun ada yang menjalankannya pada siang dan malam hari.

Setelahnya para jamaah laki-laki atau perempuan membacakan zikir, Surat Yasin dan membacakan doa-doa tolak bala agar dijauhkan dari bencana alam, tak lupa botol berisi air minum diletakkan di tengah-tengah pembacaan doa.

Kemudian, para jamaah makan bersama atau Bekela, makanan yang disantap boleh apa saja asalkan halal, makna Bekela sendiri adalah untuk menyambung silaturahmi.
Para jamaah sedang Bekela atau makan-makan usai Shalat Sunnat Shafar, Rabu (23/10) (ANTARA/Aziz Munajar/19)


Terakhir, air di dalam botol yang sudah dibacakan doa tersebut diminum dan dibasuhkan ke wajah anggota keluarga yang melaksanakan Shalat Safar.

"Dulu setelah Bekela para warga langsung mandi di Sungai Musi atau anak-anak Sungai Musi, tapi sekarang kondisinya sudah tidak mungkin lagi, jadi digantikan dengan air di dalam botol itu," jelas Anna Kumari.
Seorang pemuda membasuhkan air yang sudah didoakan saat Shalat Sunat Shafar ke wajahnya, Rabu (23/10) (ANTARA/Aziz Munajar/19)


Setidaknya ada sembilan masjid dan mushalla yang melaksanakan Rebo Kasan hari ini, yakni Masjid Sultan Agung 1 Ilir, Masjid Islah 14 Ulu, Langgar Sukalilah 16 Ulu, Mushola Suka Damai 14 Ulu, Mushola Sabilllah 10 Ulu, Masjid Jamik Sungai lumpur 11 ulu, Masjid Al Mutakkin Jalan Jaya Indah, Langgar Kenduruan 7 ulu, dan Masjid Al Abroz Silaberanti.

Masjid-masjid yang masih melaksanakan Rebo Kasan merupakan masjid lama yang dikelilingi oleh warga keturunan Arab atau lingkungan para ulama-ulama di Palembang, selain itu jamaah Rebo Kasan tergolong sudah usia lanjut dan sangat jarang diikuti golongan pemuda saat ini.

Baca juga: Fadli Zon ikut tradisi kirab pusaka Tahun Baru 1438 H dengan budaya sunda

"Semakin sedikit warga yang melaksanakan Rebo Kasan, padahal inilah tradisi yang mengandung nilai luhur, saya berharap pemerintah daerah bisa membuat solusi agar tradisi ini tidak punah," kata Anna.

Sadar akan tradisi yang terancam punah, Anna mengaku telah menuliskan buku petunjuk tradisi Rebo Kasan, buku pertama diterbitkan pada 2011 oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan buku kedua diterbitkan pada 2013 oleh Kemendikbud RI.

"Buku-buku itu sudah dibagikan masjid-masjid baru yang ada di Kota Palembang agar bisa dilestarikan oleh generasi penerus," demikian Anna Kumari yang kini menginjak usia 74 tahun.
Tokoh budaya Palembang, Anna Kumari, nampak duduk di kursi roda usai melaksanakan Rebo Kasan, Rabu (23/10) (ANTARA/Aziz Munajar/19)

Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019