Surabaya (ANTARA News) - Kalangan pondok pesantren (ponpes) besar di Jawa Timur menolak rencana Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang akan mengeluarkan fatwa mengenai larangan merokok. "Saya yakin akan lebih banyak menimbulkan mudarat (dampak negatif,red.) daripada manfaatnya kalau masalah merokok itu disikapi MUI dengan mengeluarkan fatwa," kata Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) saat dihubungi dari Surabaya, Kamis (14/8) malam. Dampak negatif tersebut, lanjut mantan anggota Komnas HAM itu, di antaranya adalah terganggunya kebutuhan ekonomi masyarakat. "Bisa dibayangkan, berapa ratus ribu orang akan kehilangan pekerjaan. Belum lagi pada lapisan masyarakat lainnya, seperti pedagang rokok dan petani tembakau yang akan kena dampaknya," kata adik kandung mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu. Oleh sebab itu, dia menyarankan MUI agar dalam menyikapi masalah rokok yang sudah meracuni anak-anak dan remaja itu melalui pesan yang bijak. "Akan sangat bagus, kalau disampaikan dalam bentuk imbauan melalui media massa. MUI bisa bekerja sama dengan praktisi periklanan, bagaimana pesan tersebut bisa efektif diterima masyarakat," kata Gus Sholah yang mengaku bukan perokok itu. Pendapat serupa juga disampaikan oleh pengasuh Ponpes Al Falah, Ploso, Kabupaten Kediri, KH Zainuddin Djazuli (Gus Din). "Saya yakin tidak akan efektif. Buktinya sampai sekarang orang merokok masih banyak, padahal di mana-mana ada peringatan larangan merokok," katanya. Justru dia mengingatkan MUI agar melihat sisi positifnya rokok dalam memberikan kontribusi pendapatan negara. "Rokok sudah menyumbang cukai Rp9 miliar per hari kepada negara, ini kan sisi positifnya rokok," kata Gus Din yang dikenal sebagai perokok berat itu. Sementara itu, pengasuh Ponpes Lirboyo, K.H. Idris Marzuqi (Mbah Idris) kepada wartawan di Kediri meminta MUI tidak tergesa-gesa dulu menanggapi usulan Komnas Perlindungan Anak dengan mengeluarkan fatwa antirokok. "Agama (Islam) tidak mengharamkan rokok. Oleh karena itu, tidak perlu MUI melarangnya dengan dalam bentuk fatwa," kata ulama sepuh NU yang juga perokok itu. Meski tak setuju dengan rencana MUI, selama ini Ponpes Lirboyo dan Ponpes Tebuireng yang memiliki santri di atas 5.000 orang itu melarang santrinya merokok . Berbeda dengan Ponpes Al Falah, yang selama ini dikenal sebagai salah satu pesantren yang membebaskan ribuan santri putranya merokok tanpa membedakan usia. "Mana mungkin kami melarang, lha wong kiainya saja pemabuk rokok. Biarkan saja mereka merokok asal jangan keterlaluan karena bisa menimbulkan pemborosan," kata Kiai Din. Kendati masih sebatas wacana, kalangan perusahaan rokok, terutama berskala kecil, merasa resah dengan larang merokok. "Kami berharap MUI nantinya berbiacara dulu dengan kalangan perusahaan rokok," kata Ketua Pelaksana Harian Gabungan Pengusaha Rokok (Gapero), Kasiati. Ia menyebutkan, perusahaan rokok yang termasuk dalam kategori usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sudah terpukul dengan kebijakan baru mengenai tarif cukai yang berlaku awal tahun ini.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008