Bisbane (ANTARA News) - Obat bagi "penyakit" akhlak yang kini diderita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim tiada lain kecuali memperbaiki shalat karena jika shalat umat Islam sudah benar dan khusu', ibadah-ibadah lainnya akan baik. Kondisi baik ini akan berimbas positif bagi kehidupan mereka, kata Ustadz M Arifin Ilham. "Betapa pentingnya shalat. Kalau shalat sudah baik, maka ibadah (umat Islam) lainnya pun akan baik. Kalau ibadahnya baik, maka kehidupannya akan baik mulai dari akhlak, rumah tangga, hingga rezekinya ... semua akan baik," katanya seusai menjadi pembicara dalam acara peringatan "Isra Miraj" di KBRI Canberra, Jumat malam. Kepada ANTARA News yang menghubunginya dari Brisbane seusai acara yang dihadiri sekitar 200 orang, termasuk Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu, TM Hamzah Thayeb, dan istri, Arifin Ilham mengatakan, beragam kemaksiatan dan korupsi terjadi di kalangan umat Islam Indonesia karena shalat mereka belum sempurna. "Kenapa (orang) sudah shalat tapi masih maksiat? Hal ini dikarenakan shalatnya belum baik," katanya. Kekuatan shalat itu, lanjut tokoh Muslim yang terkenal dengan gerakan zikirnya ini, bahkan terekam dalam kehidupan Rasulullah Muhammad SAW ketika ada seorang sahabat mengadukan perihal seseorang yang suka berjudi dan bermaksiat ketika itu. Nabi Muhammad meminta sahabatnya itu untuk mengajarkan shalat yang khusu' kepada orang tersebut, katanya. "Sungguh menanglah orang-orang Mukmin yang khusu' dalam shalatnya," kata Arifin Ilham. Jika para pejabat di Indonesia yang beragama Islam selalu khusu dalam shalat-shalat mereka, bangsa Indonesia akan diberi keberkahan oleh Allah SWT dan menjadi tauladan bagi penganut agama lain di Tanah Air. Akhlak bangsa pun akan dapat diperbaiki dengan terperbaikinya shalat umat Islam sebagai kelompok mayoritas di Indonesia, katanya. Selain dihadiri Dubes Thayeb dan istri, acara peringatan "Isra Miraj" di KBRI Canberra itu juga dihadiri Minister Counsellor bidang Penerangan KBRI Canberra Raudin, Cendekiawan Muslim Dr Teddy Mantoro, Indonesianis Dr Minako Sakai serta tiga orang mahasiswanya yang sedang belajar bahasa Indonesia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008