Jakarta (ANTARA) - “Tenang saja, jangan menggebu-gebu. Nanti bisa kebablasan,” ujar Rahim Soekasah kepada Antara ketika ditanyakan perihal strategi memenangkan hati para pemegang suara (voter) PSSI demi merebut kursi ketua umum PSSI 2019-2023.

Rahim merasa pantas untuk kalem karena dia memiliki segudang pengalaman di dunia sepak bola termasuk dalam keorgansasian PSSI.

Pria berusia 67 tahun sudah menjejakkan kaki di dunia sepak bola sejak tahun 1980-an, di mana dia menjadi manajer klub legendaris Union Makes Strength (UMS) 80.

Setelah itu, dia lebih banyak berkiprah di klub Pelita Jaya baik sebagai manajer, direktur maupun direktur teknik. Tidak kurang selama 27 tahun dia berkiprah di sana sampai tahun 2012.

Di PSSI, Rahim Soekasah pernah menjadi ketua Badan Tim Nasional PSSI tahun 2008-2010 dan manajer timnas U-23 tahun 2006. Pernah pula dia menjabat Kepala Badan Pembinaan Usia Muda PSSI selama dua tahun sejak 2010.

Ketika gonjang-ganjing menghampiri PSSI, Rahim menjadi wakil ketua Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia tahun 2012-2016.

Baca juga: Rahim Soekasah bertahan di Brisbane Roar walau jadi ketum PSSI

Kedekatannya dengan keluarga Bakrie, terutama Nirwan Bakrie, membawa Rahim menuju klub Liga Australia Brisbane Roar yang dimiliki oleh Nirwan. Di klub tersebut, dia bertugas sebagai chairman hingga saat ini.

Dengan semua langkah yang sudah ditempuhnya dalam lebih dari 30 tahun terakhir, Rahim Soekasah bisa dikatakan lebih unggul dari segi pengalaman di antara 10 calon ketua umum PSSI 2019-2023 lainnya.

Dia tidak merasa terganggu dengan upaya calon ketua umum PSSI lainnya sudah melakukan pendekatan dengan voter jauh hari sebelum pendaftaran dibuka.

“Kampanye seperti itu wajar. Hanya saja mereka yang mendukung belum tentu memilih dalam kongres. Kita tidak pernah tahu,” kata Rahim.

Pengalaman lama di dunia sepak bola nasional dan PSSI membuat Rahim Soekasah mengklaim dirinya mengetahui persoalan-persolan lapangan hijau.

Baca juga: Rahim Soekasah: PSSI harus bergandengan erat dengan pemerintah

Dia memiliki beragam solusi untuk menuntaskannya. Salah satunya adalah dengan bergandeng tangan bersama pemerintah.

Rahim Soekasah tidak ingin hubungan pemerintah-PSSI yang sempat naik turun kembali terjadi karena itu bisa berpengaruh ke prestasi tim nasional Indonesia.

Segala bentuk campur tangan pemerintah di PSSI, selama itu berkaitan dengan pengembangan sepak bola, disebutnya bukanlah intervensi.

Tanpa pemerintah, program PSSI akan sulit berjalan karena negara memiliki kuasa penuh di sektor infrastruktur sepak bola dan perizinan-perizinan.

Presiden Joko Widodo pun telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Persepakbolaan Nasional yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga negara.

“Aturan itu harus dicerna benar-benar. Pemerintah melalui pejabatnya seperti wali kota, bupati, gubernur membantu untuk menyiapkan infrastruktur. Jadi tidak bisa dikatakan campur tangan pemerintah itu bentuk intervensi. Pemerintah juga mempunyai hak untuk mengkritik, memberi saran dan sebagainya bagi PSSI,” tutur Rahim.

Baca juga: PSSI rilis 97 nama calon tetap Komite Eksekutif 2019-2023

Rahim Soekasah menjadi salah satu calon ketua umum PSSI periode 2019-2023 bersama 10 nama lainnya yakni Arif Putra Wicaksono, Aven Hinelo, Bernhard Limbong, Benny Erwin, Fary Djemi Francis, La Nyalla Mattalitti, Mochamad Iriawan, Sarman El Hakim, Vijaya Fitriyasa dan Yesayas Oktavianus.

Saat ini, semua calon Komite Eksekutif (Exco) PSSI periode 2019-2023, yaitu 11 calon ketua umum, 15 calon wakil ketua umum dan 71 calon anggota exco, menjalani proses kampanye yang berlangsung pada 24-30 Oktober 2019.

Adapun kongres pemilihan 15 personel Exco PSSI 2019-2023 yaitu ketua umum, dua wakil ketua umum dan 12 anggota exco digelar pada 2 November 2019 di Jakarta.

Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2019