Kebijakan BI ini kemungkinan baru akan efektif mendorong pertumbuhan ekonomi pada semester II-2020
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Jumat pagi kembali menguat usai Bank Indonesia menurunkan suku bunga.

"Kebijakan BI ini kemungkinan baru akan efektif mendorong pertumbuhan ekonomi pada semester II-2020," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kemarin memutuskan menurunkan suku bunga acuannya BI 7-Day Reverse Repo Rate 25 bps menjadi 5 persen.

Penurunan tersebut merupakan yang keempat kalinya sejak BI turunkan suku bunganya pada Mei 2019 lalu.

Dalam RDG tersebut BI juga menurunkan suku bunga deposit facility dan lending facility masing-masing sebesar 25 bps sehingga menjadi 4,25 persen dan 5,75 persen.

Dalam pernyataannya, BI mempertimbangkan penurunan ini sebagai kebijakan ‘pre-emptive’ untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat.

"Kendati suku bunga acuan sudah diturunkan, begitupun suku bunga kredit tetapi permintaan terhadap kredit masih lemah," ujar Lana

Pelemahan tersebut terlihat dari turunnya kredit modal kerja yang mengkonfirmasi melambatnya kegiatan usaha. Kegiatan usaha turun diikuti dengan turunnya keyakinan konsumen dan indeks penjualan riil.

Lana memperkirakan rupiah pada Jumat ini bergerak melemah di kisaran Rp14.060 per dolar AS hingga Rp14.080 per dolar AS.

Pada pukul 10.49 WIB, rupiah menguat 9 poin atau 0,06 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.059 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.064 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.996 per dolar AS.

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019