Tokyo (ANTARA News) - Sekitar seratus tenaga perawat dan caregivers serta kenshusei ikut meramaikan Perayaan HUT RI ke-63 yang berlangsung di halaman Wisma Duta, kediaman resmi Dubes Indonesia di Tokyo, Minggu. Mereka bergabung bersama para diplomat dan warga Indonesia lainnya di negeri itu. Kehadiran perawat dan caregivers (perawat orang lanjut usia) itu diundang KBRI Tokyo untuk diperkenalkan dengan warga Indonesia lainnya yang berada di Tokyo dan sekitarnya. Mereka adalah gelombang pertama dari pengiriman tenaga perawat dan caregivers dibawah payung kerjasama EPA RI-Jepang. Upacara HUT Kemerdekaan dimulai pada pukul 08.00 waktu setempat dipimpin Dubes RI untuk Jepang Jusuf Anwar. Upacara berakhir pukul 09.00 di tengah cuaca Kota Tokyo yang mendung. Tidak terlalu banyak warga Indonesia lainnya yang ikut kegiatan upacara tersebut. Saat di langsungkan acara ramah-tamah dan perayaan lebih banyak warga yang berdatangan. Sedikitnya 300 orang memenuhi halaman kediaman resmi Dubes Indonesia yang terletak di belakang bangunan KBRI Tokyo. Kehadiran perawat dan caregivers serta para kenshuhei (pekerja magang) mengundang perhatian warga Indonesia lainnya, terlebih saat para pekerja profesional tersebut ambil bagian dalam berbagai lomba yang digelar dan memenangkan beberapa di antara mereka. Cukup banyak perawat dan caregivers yang mendapat pertanyaan warga karena gelombang pertama kedatangan mereka mendapat sorotan luas dari media massa Jepang. Perawat dan caregivers tiba di Jepang pada 7 Agusus sebanyak 205 orang, setengah di antaranya adalah perawat. Sejak di Jakarta keberangkatan mereka mendapat sorotan media massa. Kedatangan mereka seperti menjadi simbol bagi realisasi kerjasama kedua negara. Terlebih kedatangan mereka juga bertepatan dengan peringatan 50 tahun hubungan persahabatan Indonesia-Jepang. Tidak jarang di saat kegiatan lomba, mereka terlibat diskusi yang menarik di antara sesama warga Indonesia lainnya, termasuk dengan para kenshusei sendiri. Beragam obrolan muncul, umumnya seputar kehidupan tinggal di Jepang dan persoalan kemampuan berbahasa Jepang. Hal itu ditanyakan mengingat sampai saat ini publik Negeri Sakura masih meragukan kemampuan berbahasa Jepang para perawat dan caregivers Indonesia. "Kami jadi seperti saling mencari masukan, namun kami senang bertemu dengan banyak warga Indonesia lainnya. Mereka menjadi seperti pendorong semangat bagi kami untuk bisa lolos ujian Bahasa Jepang," kata Ariani Setyaningsih, salah seorang caregivers. Selain kalangan pekerja, HUT RI juga dimeriahkan kehadiran pelajar dari Sekolah Republik Indonesia di Tokyo (SRIT) dengan berbagai nyanyian dan permainan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008