Beijing (ANTARA News) - Lin Dan membawa kejayaan bagi China saat menyumbang satu medali emas pada nomor tunggal putra hari Minggu (17/8). Dengan kemenangan tersebut, China meraih tiga dari lima medali emas yang diperebutkan. Kemenangan ini menyamai rekor tim bulutangkis China di Olimpiade Athena 2004. Pelatih China, Li Yongbo, mengatakan bahwa dia puas atas prestasi timnya walaupun gagal meraih medali emas pada nomor ganda putra dan ganda campuran, lapor AFP. Lin adalah bintang lapangan dalam tim China yang dikenal dengan sebutan `super Dan` oleh para pendukungnya. Pada pertandingan final, Lin yang terkenal dengan karakternya yang berapi-api mengalahkan pebulutangkis Malaysia, Lee Chong Wei, dengan teknik dan kekuatan luar biasa. Peringkat satu dunia dan beberapa kali meraih juara dunia itu menyatakan belum akan pensiun dulu. "Masih banyak yang ingin saya raih selain juara dunia dan Olimpiade," ujar pebuluntangkis berusia 24 tahun ini. Sementara itu, pebulutangkis kawakan China, Zhang Ning, menang di babak final melawan rekan senegara sekaligus pebulutangkis nomor satu dunia, Xie Xingfang, yang adalah kekasih Lin Dan. Zhang menangis terharu setelah menjadi pemain tertua yang memenangkan turnamen tunggal putri di usia 33 tahun, sebuah prestasi yang dianggap pelatih China sebagai suatu keajaiban. "Suatu keajaiban bagi Zhang Ning meraih medali emas. Kehadirannya di Olimpiade Beijing sempat diragukan dua bulan yang lalu," ujar Li kepada wartawan China. Li yang melatih dengan sistem mirip kemiliteran, juga memuji ganda putri China atas raihan medali emas mereka. Dia menambahkan bahwa beberapa pebulutangkis muda yang dibinanya tidak takut akan tekanan. Indonesia juga mendapatkan medali emas pada cabang olahraga ini melalui ganda putranya, Markis Kido dan Hendra Setiawan, Minggu. Medali emas tersebut adalah yang pertama bagi Indonesia di Olimpiade Beijing dan sekaligus bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia yang ke 63 tahun. Pasangan nomor satu dunia itu melaju di Olimpiade Beijing dengan mengalahkan lawan-lawannya termasuk unggulan kedua China, Cai Yun dan Fu Haifeng, di final. Kemenangan ini sekaligus memperpanjang rekor dominasi Indonesia di nomor ganda putra dengan tiga medali emas sejak bulutangkis pertama kali diperkenalkan di Olimpiade Barcelona tahun 1992. Tunggal putri Indonesia, Maria Kristin Yulianti, juga memberikan kejutan dalam turnamen ini. Walaupun hanya peringkat 21 dunia, dia berhasil mengalahkan lawan-lawannya yang sebagian adalah pemain-pemain unggulan dan meraih medali perunggu untuk Indonesia. Tetapi, harapan Indonesia di tunggal putra kandas setelah juara bertahan Olimpiade Athena 2004, Taufik Hidayat, yang terkena sakit demam berdarah kalah di babak pertama. Pebulutangkis andalan Indonesia lainnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008