Baghdad (ANTARA) - Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di bagian tengah Baghdad pada Sabtu, mengibarkan bendera Irak dan menyebut Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi "cacing", setelah sehari dari protes yang berubah jadi kerusuhan yang merenggut sedikitnya 40 korban jiwa.

Sebanyak 200 pengunjuk rasa telah bermalam di Alun-alun Tahrir di bagian tengah Baghdad, dan membersihkan kawasan itu. Sejumlah demonstran membaca ayat-ayat Kitab Suci Al-Quran untuk mendoakan mereka yang tewas dalam kekerasan itu.

Delapan pengunjuk rasa meninggal di Baghdad pada Jumat (25/10), sebagian besar di antara mereka terkena tabung gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan keamanan yang berusaha mengendalikan massa.

Di seluruh negara itu, sedikitnya 40 pemerotes meninggal, sementara para demonstran melampiaskan frustrasi mereka pada para elit politik yang mereka katakan telah gagal memperbaiki kehidupan mereka setelah konflik dan kesulitan ekonomi yang berlangsung bertahun-tahun.


Baca juga: Aksi protes lanjutan di Irak tewaskan sedikitnya 40 orang


Parlemen dijadwalkan bertemu pada Sabtu dalam sidang darurat guna membahas tuntutan para pengunjuk rasa.

"Pemerintah telah mencuri dari kami selama 15 tahun. Saddam pergi dan 1.000 Saddam lagi bersembunyi di Zona Hijau," ujar seorang pemerotes, yang menolak menyebutkan namanya, pada Jumat, merujuk kepada bekas diktator Irak.

Zona Hijau adalah kawasan pemerintahan pusat di Baghdad yang tertutup bagi umum selama bertahun-tahun.

Kementerian Dalam Negeri Irak memuji sikap yang diambil pasukan keamanan untuk menahan diri pada Jumat.

"Pasukan keamanan memberikan perlindungan pada para pengunjuk rasa dengan sikap menahan diri, menahan diri menggunakan senjata atau aksi berlebihan terhadap para demonstran," demikian kementerian itu dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Seorang terbunuh dalam pawai protes warga Irak menuju Baghdad

Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019