Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Yusron Ihza Mahendra, mengingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak paranoid dan curiga terhadap Indonesia serta dunia Islam. "Saya juga mohon Amerika Serikat (AS) tidak bias menilai, bahwa Islam sama dengan teroris," katanya ketika mengomentari berita permintaan AS agar PT Indosat Tbk memutus kontrak sewa transponder televisi Al Manar. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, permintaan AS itu berkaitan dengan dugaan pihak intelijen tentang keterlibatan Al Manar milik Hizbullah di Lebanon tersebut yang mendukung atau malah merupakan jaringan teroris. Selama ini, Al Manar menggunakan jasa Satelit Palapa C2 milik Indosat, yang berkedudukan di Indonesia. Keterbukaan Informasi "Kita diharapkan dunia Barat berdemokrasi dan itu kita jalankan, termasuk juga dalam hal keterbukaan informasi. Karenanya, saya juga inginkan masyarakat kita mendapat informasi bukan secara sepihak dan bukan dari sumber terbatas," tandas Yusron Ihza Mahendra lagi. Menurut Komisi I DPR RI, katanya, masyarakat harus diberikan kebebasan untuk memperoleh informasi dan biarkan transparan. "Saya juga yakin masyarakat kita cukup dewasa menilai informasi. Makanya, berikan saja kebebasan kepada mereka untuk memperolehnya (informasi) dan biarkan transparan," ulangnya. Ia juga sekali lagi mengingatkan AS agar tidak perlu paranoid dan curiga terhadap Indonesia serta dunia Islam. "Sebagai bangsa yang mengklaim diri sebagai bangsa yang maju dan demokratis, saya juga minta AS menghormati dan mengerti logika hukum (perjanjian)," tegas mantan jurnalis internasional ini. Sebab bagi Yusron Ihza Mahendra, perjanjian Indosat dengan Al Manar tidak bisa dibatalkan dengan semena-mena. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008