Bandarlampung (ANTARA News) - Perubahan penentuan bakal caleg dari sistem nomor urut ke suara terbanyak berpotensi menimbulkan pro-kontra, namun pengelolaan yang baik atas konflik internal itu akan mengubahnya menjadi suatu keuntungan, dan tetap solid di Partai Golkar. Berkaitan itu, saat diminta pendapatnya di Jakarta, Kamis, pengamat politik yang juga Wakil Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhamadiyah, Jeffrie Geovanie, menilai pro-kontra dalam tubuh suatu parpol masih merupakan hal yang wajar. "Jadi, munculnya pro-kontra atas perubahan format pencalegan dari nomor urut menjadi suara terbanyak bukan suatu hal yang luar biasa" katanya. Namun, tambahnya, parpol harus bisa mengubah konflik internal itu menjadi keuntungan bagi partai tersebut, yakni mampu mengelolanya secara baik. Mengenai kemungkinan terjadinya konflik internal di tubuh parpol berkaitan dengan perubahan penentuan pencalegan, seperti di tubuh Partai Golkar, sebagaimana diutarakan Ketua Dewan Pembina DPP Golkar, Surya Paloh, ia menyatakan bahwa Golkar adalah partai yang telah terbukti mampu mengelola pro-kontra menjadi keuntungan. "Sejauh ini, Golkar termasuk partai yang pandai mengelola pro-kontra di tubuh parpol itu menjadi keuntungan buatnya," kata anggota dewan penasihat lembaga kajian CSIS itu. Berkaitan itu, ia memperkirakan Golkar tetap solid, meski ada pro-kontra atas perubahan penentuan caleg dari sistem nomor urut ke suara terbanyak. Sebelumnya Ketua Dewan Pembina Surya Paloh mengungkapkan akan munculnya perpecahan di internal partai politik itu, menyangkut adanya perubahan dalam penentuan calon legislatif terpilih menggunakan sistem suara terbanyak. Namun Ketua Umum DPP Golkar M Jusuf Kalla membantah adanya perpecahan internal di tubuh Golkar. Ketua DPP Partai Golkar bidang Hukum, HAM dan Otda, Muladi, juga menilai pernyataan Surya Paloh itu terlalu jauh. Menurut dia, partai Golkar saat ini justru sangat solid, dan merupakan partai yang rasional dan tidak emosional.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008