Bangkok, Thailand (ANTARA) - Dalam pertemuan Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia mengangkat beberapa isu penting di antaranya ekonomi digital dan revolusi industri 4.0.

Dalam pertemuan yang termasuk rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-35 ASEAN itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang didampingi Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.

Indonesia mengusulkan agar isu industri 4.0 yang sangat luas dan bersifat lintas sektor dapat ditangani oleh lembaga sektoral yang menangani bidang industri di bawah Dewan MEA.

Baca juga: Pemindahan ibu kota RI jadi perhatian Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN

“Indonesia minta agar ditambahkan satu sektor, dan saat ini sifat lintas sektornya belum melibatkan industri karena ini menjadi bagian dari implementasi roadmap mengenai industri 4.0,” kata Airlangga usai pertemuan di Bangkok, Thailand, Kamis.

Dalam hal ini, perlu dibahas lebih lanjut mekanismenya, termasuk kebutuhan perubahan Piagam ASEAN untuk mengakomodasi hal tersebut.

“Industri 4.0 kan sifatnya lintas sektoral melibatkan perdagangan, keuangan, pendidikan, serta riset dan teknologi. Tentu perlu ada fokus untuk mendorong mekanisme lintas sektoral menuju ASEAN Vision 2025,” ujar Airlangga.

Baca juga: Menteri Ekonomi ASEAN serukan penyelesaian RCEP untuk jaga stabilitas

Isu revolusi industri 4.0 dan ekonomi digital menjadi fokus keketuaan ASEAN 2019 dengan tema “Memajukan Kemitraan untuk Keberlanjutan”. Hal ini sejalan dengan prioritas Indonesia sehingga diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Berlakunya MEA pada 2015 merupakan langkah besar bagi integrasi ekonomi ASEAN karena menawarkan peluang yang besar dengan potensi pasar mencapai 2,6 miliar dolar AS dan 622 juta penduduk.

Hal ini dibuktikan dengan total perdagangan ASEAN yang mencapai 2,8 triliun dolar AS, dengan perdagangan intra-ASEAN memiliki porsi terbesar yaitu 23 persen pada 2018.

Bagi Indonesia, MEA memiliki dampak besar terhadap perkembangan ekonomi. Berdasarkan data dari Sekretariat ASEAN, nilai ekspor Indonesia ke ASEAN dalam kurun waktu 2015-2018 meningkat 25 persen dari 33 juta dolar AS menjadi 42 juta dolar AS pada 2018.

Baca juga: Asean bentuk komite Khusus Ekonomi Kreatif

Sementara itu, sebesar 39 persen aliran investasi langsung (FDI) ke Indonesia pada 2018 berasal dari ASEAN. Pada periode 2015-2018, nilai FDI dari ASEAN yang masuk ke Indonesia naik 24 persen dari 9,1 miliar dolar AS menjadi 11,3 miliar dolar AS

Langkah besar integrasi ekonomi ASEAN masih akan terus dilakukan. Pada KTT ke-27 ASEAN di Malaysia, para pemimpin ASEAN setuju mengadopsi Buku Biru MEA 2025 yang bertujuan menjadikan kawasan ini kohesif, kompetitif, inovatif, dan dinamis melalui peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral; inklusif, berorientasi pada manusia, mengedepankan komunitas, dan terintegrasi dengan ekonomi global.

Baca juga: ADB sebut pertumbuhan ekonomi Indonesia contoh baik di Asia Tenggara

Sejak diberlakukan Buku Biru MEA 2025, upaya integrasi dilakukan secara bertahap melalui target prioritas tahunan (annual priorities) yang harus dipenuhi oleh negara anggota pada setiap tahunnya.

Tingkat implementasi kolektif dari 171 prioritas tahunan ASEAN 2019 hingga saat ini adalah 93 prioritas atau 54,4 persen, sementara Indonesia telah menyelesaikan sekitar 103 prioritas. Secara kolektif, diperkirakan ASEAN dapat menyelesaikan sekitar 91,2 persen prioritas hingga akhir 2019.

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019