Jakarta (ANTARA) - Nama Maudy Koesnaedi di dunia seni pertunjukan sudah tidak asing lagi. Namun, ia tak menampik bahwa dirinya memiliki kendala ketika harus unjuk gigi di atas panggung.

Hal yang paling menantang aktris berusia 44 tahun itu adalah ketika ia harus menyanyikan tembang Jawa tradisional (nembang). Menurutnya, nada jangkauan tembang Jawa cukup tinggi, mengingat dirinya bukanlah seorang penyanyi.

"Tantangan terbesar kalau disuruh nembang. Soalnya nada musik gamelan itu sepertinya terbatas, enggak seluas piano atau alat musik modern," kata Maudy saat ditemui di sela-sela konferensi pers wayang orang "Sang Sukrasana" di Jakarta, Kamis.

"Jadi saya harus menyesuaikan dengan nadanya gamelan dan nadanya biasanya sangat tinggi dan sulit menggapai nada-nada itu. Apalagi saya bukan penyanyi," lanjutnya.

Baca juga: Alasan Lukman Sardi mau berperan sebagai Sukrasana

Baca juga: Ajak milenial nonton wayang, "Sang Sukrasana" padukan seni digital


Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa bernyanyi tembang Jawa dalam pentas juga cukup membuat ibu dari Eddy Maliq ini gugup karena pertunjukan wayang orang biasanya digelar secara langsung (live).

"Dan lagi, (pentas) ini live, kalau nada awal salah, seterusnya akan salah. Itu yang membuatnya sulit," kata Maudy.

Di sisi lain, untuk tarian, Maudy merasa tidak terlalu kesulitan. Menurutnya, jika seorang pemeran sudah mengetahui dan mempelajari koreografi dasar, seterusnya akan lancar.

Namun, untuk pementasan wayang orang "Sang Sukrasana" yang akan digelar pada 17 November, ia menyesuaikan gerakan tarian bersamaan dengan para pemeran lainnya.

"Untuk pementasan ini, dalam satu adegan narinya sama-sama semuanya, harus seragam. Saya berusaha agar narinya tidak jomplang dari yang lain, apalagi Asmara (Abigail) juga penari," kata Maudy.

Sementara itu, pertunjukan "Sang Sukrasana" akan digelar pada 17 November 2019 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Pergelaran itu, untuk menyambut Hari Wayang Nasional yang jatuh pada 7 November.

Baca juga: Wayang orang "Sang Sukrasana" ceritakan kekuatan rakyat dan kekuasaan

Baca juga: Industri kerajinan wayang kulit Dusun Gendeng terkendala regenerasi

Baca juga: Kisah penyelamatan pohon terakhir di bumi melalui wayang botol

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019