Baghdad, Irak (ANTARA) - Puluhan ribu orang Irak berbondong-bondong menuju Baghdad Tengah pada Jumat (1/11) untuk menuntut pembubaran cabang-dan-ranting elit politik pada hari terbesar demonstrasi massa anti-pemerintah sejak kejatuhan Saddam Hussein.

Baca juga: Mahasiswa di Irak lanjut berunjuk rasa meskipun ditentang PM
Lima orang tewas akibat luka yang mereka derita pada malam sebelumnya, setelah pasukan keamanan menggunakan gas air mata dan peluru karet terhadap pemrotes yang berkumpul di Bundaran Tahrir di ibu kota Irak. Sedikitnya 103 orang lagi cedera, kata beberapa sumber rumah sakit dan polisi.

Protes tersebut, saat 250 orang telah tewas selama satu bulan belakangan, telah meningkat secara dramatis dalam beberapa hari belakangan ini, kata Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu. Protes itu menarik massa dalam jumlah banyak dari seluruh lapisan etnik dan aliran di Irak untuk menolak partai politik yang berkuasa sejak 2003.

Ribuan pemrotes telah berkumpul di bundaran itu, dan ribuan orang lagi bergabung dengan mereka pada Jumat, hari besar umat Muslim, dan menarik massa paling banyak. Banyak pemrotes menunaikan shalat di jalanan.

Baca juga: Iran nyatakan secara seksama pantau situasi di Irak
Sampai tengah hari puluhan ribu orang telah berkumpul di bundaran tersebut, dan mengutuk para elit yang mereka pandang sangat korup, terikat pada negara asing dan bertanggung-jawab atas privatisasi setiap hari, kata Reuters.

Protes telah berlangsung damai, dan menjadi rusuh setelah malam tiba, saat polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk memerangi pemuda yang memproklamasikan diri sebagai "revolusioner".

Bentrokan dilaporkan telah terpusat di Jembatan Republik --yang mengarah ke seberang Sungai Tigris menuju Zona Hijau tempat gedung pemerintah, yang dijaga ketat dan tempat pemrotes mengatakan para pemimpin yang tak terjamah berkubu di dalam benteng dengan hak istimwa.

"Setiap kali kami mencium kematian dari asap kalian, kami makin merindukan untuk menyeberangi jembatan republik kalian," tulis seseorang di tembok di dekat jembatan.

Amnesty International mengatakan pada Kamis (31/10) pasukan keamanan menggunakan tabung gas air mata 'yang tak pernah dilihat sebelumnya" dengan model granat militer yang 10 kali lebih keras dibandingkan dengan tabung gas air mata standard.

"Kami bersifat damai tapi mereka menembaki kami. Kami ini apa, militer IS? Saya melihat seseorang tewas. Muka saya terkena tabung gas air mata," kata Barah (21), yang wajahnya dibalut perban.

Sumber: Reuters
Baca juga: Aksi protes lanjutan di Irak tewaskan sedikitnya 40 orang
Baca juga: Menlu AS desak PM Irak tangani keluhan pemrotes

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019