Tanjungpinang (ANTARA) - Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau yang bertarung pada Pilkada 2020 potensial diikuti sebanyak tiga pasang, kata pengamat politik, Bismar Arianto.

"Kalau dilihat dari perkembangan sekarang, ada tiga tokoh yang menjabat sebagai pimpinan parpol, yang potensial bertarung pada pilkada," ujar Bismar di Tanjungpinang, Senin.

Tiga politisi yang memimpin partai yang cukup berpengaruh di Kepri yakni Ketua DPW PDIP Kepri Soerya Respationo, Ketua DPD Partai Golkar Kepri Ansar Ahmad, dan Sekretaris Partai NasDem Kepri Rudi.

Soerya Respationo potensial berpasangan dengan Isdianto yang saat ini menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Kepri. PKB dalam sejumlah kesempatan menyatakan berkoalisi dengan PDIP.

"PDIP sebagai pemenang Pemilu 2019 di Kepri harus berkoalisi. Koalisi dengan PKB sudah memenuhi persyaratan," kata Bismar, yang juga mantan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.

Baca juga: KPU Kepri berencana bikin kompetisi piala demokrasi Pilkada 2020

Baca juga: PDIP Kepri mengusulkan dua bakal calon gubernur 2020

Baca juga: KPU Kepri butuh 30.743 orang untuk laksanakan Pilkada 2020


Sementara Ketua DPD Partai Golkar Kepri Ansar Ahmad yang baru sekitar sebulan menjabat sebagai anggota DPR, dalam sepekan terakhir mendaftar sebagai calon gubernur dan wakil gubernur di Sekretariat Partai Golkar, Partai NasDem dan Partai Gerindra.

Hal serupa juga dilakukan Wali Kota Batam Rudi. Rudi mendaftar di Sekretariat Partai NasDem, Gerindra dan Golkar.

"Apakah Ansar berpasangan dengan Rudi atau tidak? Kita belum mengetahuinya. Tetapi sikap politik para politisi itu perlahan-lahan sudah mulai mengerucut membentuk peta politik pilkada," ucapnya.

Pertanyaan lain pun muncul ketika Rudi dianggap sebagai politisi yang memiliki nilai tawar yang tinggi karena memimpin Batam, yang jumlah pemilihnya lebih dari 50 persen di Kepri.

"Apakah Rudi mau jadi pendamping dengan posisi tawar yang tinggi?" tuturnya.

Sementara mantan Gubernur Kepri Ismeth Abdulllah juga mendaftar di Partai Golkar dan Gerindra. Gerakan Ismeth menjelang pilkada cukup masif.

Sampai sekarang belum diketahui apakah ada partai yang mau mengusung Ismeth Abdullah pada pilkada. Jika tidak ada, maka pilihan satu-satunya adalah mencalonkan diri melalui jalur perseorangan..

"Ismeth atau kandidat lainnya harus mendapatkan dukungan 120 ribu pemilih jika ingin maju sebagai calon perseorangan pilkada," katanya.

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019