Bandarlampung (ANTARA) - Saat ini, sarana transportasi umum ke Bandara Radin Inten II Lampung Selatan dari pusat kota Bandarlampung--ibu kota Provinsi Lampung mengandalkan taksi bandara serta taksi dalam jaringan (daring) atau online serta angkutan sewa.

Sehingga untuk menepatkan waktu tiba, terkadang was-was lantaran ada kekhawatiran terlambat dan ditinggalkan pesawat manakala waktu untuk menuju bandara terlalu mepet. Penyebabnya adalah kemacetan di beberapa ruas jalan khususnya di Kota Bandarlampung.

Karena itu, rencana akan digunakannya kereta api sebagai transportasi menuju bandara tersebut disambut baik warga, karena selain menghemat waktu juga dapat menghemat biaya.

Sebab, untuk taksi bandara dengan kendaraan roda empat yang disediakan koperasi yang beroperasi di bandara dari Bandara Radin Inten II ke Tanjungkarang (Bandarlampung) lebih dari Rp100 ribu. Jika nanti ada transportasi kereta api, kemungkinan tidak mencapai Rp50 ribu.

Presiden Joko Widodo ketika berkunjung ke Lampung medio tahun ini mengatakan, pembangunan kereta api bandara harus bisa direalisasikan, karena untuk membantu transportasi masyarakat yang ingin ke bandar udara (bandara).

Baca juga: Legislator ingin Kereta Bandara Solo terintegrasi dengan daerah lain

Bandara Raden Inten II, sudah internasional. Jokowi ingin ada kereta bandara untuk menopang arus penumpang yang ingin berpergian, baik dalam negeri maupun luar negeri, kata Presiden saat meresmikan Jalan Tol Trans Sumatera dan Bandara raden Inten II di Lampung.

Menurut Jokowi, dengan diresmikan Bandara Raden Inten II Lampung Selatan menjadi bandara internasional, tentu harus didukung oleh transportasi lainnya khususnya kereta api bandara.

Kehadiran kereta api bandara ini akan mempermudah bagi para penumpang yang ingin bepegian ke bandara.

Untuk mewujudkan kereta api bandara, lanjutnya, harus ada dukungan semua pihak, khususnya masyarakat yang tinggal di pinggiran rel.

Kepala Negara menjelaskan, untuk mewujudkan kereta api bandara membutuhkan lahan yang luas, seperti pembangunan stasiun, jalur, jembatan penghubung dan lainnya.

Karena membutuhkan lahan yang luas, Kementerian Perhubungan, khususnya Ditjen Perkeretaapian harus dapat menertibkan bangunan yang berada di sekitar jalur rel, terutama di kanan dan kiri rel kereta api.

Mengingat hampir 80 persen lahan di kanan dan kiri jalur rel kereta dikuasai oleh masyarakat. Melihat kondisi seperti ini menjadi pekerjaan bagi Kementerian Perhubungan, khususnya Ditjen Perkeretaapian dan PT Kereta Api Indonesia untuk dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Jadi secepatnya harus ada gerakan sosialisasi, agar bisa segera terbangun kereta api bandara, kata Presiden.

Gerak Cepat

Merespons keinginan Presiden Jokowi, Kementerian Perhubungan dan Gubernur Lampung langsung bergerak cepat untuk merealisasikannya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi sepakat mengembangkan stasiun kereta api bandar udara pendukung Raden Intan II sebagai bandara Internasional.

Menhub menjelaskan, dari Tanjungkarang menuju Bandara Raden Intan memakan waktu sekitar 1 jam, sedangkan pihaknya memiliki rel yang berhimpitan dengan Bandara Raden Intan II.

Jadi, ia meminta kepada gubernur dan Dirjen Perkeretaapian agar rel tersebut dapat digunakan sebagai angkutan kereta bandara.

Ia mengharapkan ketika stasiun ini selesai, maka perjalanan dari Tanjung karang-Bandara hanya memakan waktu sekitar 20 menit.

Karena itu, lanjut dia, ketika berada di Guest House Mahan Agung (rumah dinas gubernur Lampung) beberapa waktu lalu, dibutuhkan sinergitas yang baik, sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik pula.

Pembangunan kereta bandara ini, jelas Menhub, menggunakan dana APBD dan APBN dan ditargetkan selesai di akhir 2020.

Kementerian yang mengurusi prasarana seperti menyelesaikan penghuni liar, memperbaiki rel, terminal. Sedangkan pemerintah daerah bagian mengurus sarana, seperti rolling stok. Dengan estimasi biaya mencapai Rp50-Rp100 miliar.

Menhub Budi juga meminta agar PT. KAI dan pemda dapat menyelesaikan rawat tempat.

Menteri Perhubungan itu pun mengatakan jalur kereta bandara harus segera diselesaikan dalam jangka waktu satu tahun.

Budi ingin PT KAI dan Pemda bergerak cepat untuk mewujudkan kereta api bandara. Karena ini menjadi salah satu kebutuhan dari masyarakat banyak.

Menurutnya, untuk mendukung keret api bandara, harus ada pembebasan lokasi yang di depan Bandara Raden Inten II Lampung, karena harus ada stasiun untuk menunjang kereta bandara .
Baca juga: Penumpang kereta Bekasi minta buka kembali jalur bandara

Sementara itu, Gubernur Arinal menyampaikan apresiasi kepada Menhub Budi Karya Sumadi karena pemerintah daerah diberikan kesempatan dalam pengembangan kereta Tanjungkarang-Bandara.

Arinal mengungkapkan ke depannya jalur kereta juga akan ditingkatkan sampai ke Martapura, Sumatera Selatan.

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi juga mendorong pembangunan stasiun kereta api bandar udara dan jembatan penyeberangan multiguna atau sky bridge.

Selain itu, pihaknya juga berencana melakukan pembangunan short cut Tegineneng - Panjang - Tarahan serta pelayanan kereta api khusus bandara.

Sementara itu, Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan pihaknya bersama Gubernur Arinal sudah punya program dalam waktu dekat untuk pengembangan Bandara Radin Inten II.

Selain itu, lanjut dia, diharapkan traffic domestik maupun internasional menjadi semakin meningkat di Bandara Radin Inten II.

Selain itu, pihaknya mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan untuk seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat.

Sementara itu, Kepala PT KAI Divre IV Tanjung Karang Sulthon Hasanudin mengatakan bahwa stasiun kereta api bandara akan dibangun di seberang Bandara Radin Inten II Lampung pada 2020.

Dia menjelaskan, rencana kereta api bandara akan dibangun tepat di seberang Bandara Raden Intan II Lampung. Nantinya akan dibangun sky bridge atau jembatan penyeberangan multiguna menuju stasiun kereta api bandara. Semuanya itu untuk kepentingan masyarakat umum, khususnya pengguna jasa kereta api dan bandara.

Menurutnya, pembangunan itu sesuai dengan instruksi Kementerian Perhubungan Indonesia agar dibangun pada 2020.

Selain itu, untuk mendukung dan memperlancar pembangunan kereta bandara, harus didukung lahan yang luas karena akan di bangun stasiun yang sederhana dan modern.

Sedangkan, Tim Ahli dari Institut Teknologi Sumatera (Itera), Jolison, mengatakan bahwa desain stasiun kereta api bandara akan selesai pada Desember 2019.

Saat ini masih dalam tahap desain bentuk kereta api bandara. Semoga pada akhir tahun sudah selesai, dan awal tahun 2020 sudah mulai dikerjakan.

Menurutnya, desain yang diinginkan oleh Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, yaitu sederhana dan modern, itu semua akan disesuaikan oleh kondisi tempat yang menjadi stasiun kereta bandara.

Bukan hanya stasiun keret api bandara saja, tetapi desain sky bridge juga dilakukan, agar antara Bandara Internasional Radin Inten II Lampung dengan stastiun bandara dapat terhubung.

Semuanya itu butuh koordinasi yang baik antara Angkasa Pura II dan kereta api agar bisa menjadi bagian yang satu, yaitu demi kenyamanan seluruh calon penumpang bandara dan kereta api bandara.

Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumbagsel Made Suartika mengatakan bahwa pembangunan stasiun kereta bandara membutuhkan dana sebesar Rp76 miliar lebih untuk pembangunan jalur kereta sepanjang 2 km, stasiun dan jembatan penghubung antara bandara dan stasiun kereta.

Menurutnya, pembangunan kereta bandara menunggu PT KAI Divre IV melakukan penertiban kepada warga yang menempati lahan milik kereta api.

Selain itu, lahan yang dibutuhkan untuk membuat calon stasiun kereta bandara itu sangat luas, karena nanti akan dibangun stasiun yang sederhana tapi modern, serta akan terkoneksi langsung dengan bandara dan kereta api.

Baca juga: Gubernur Lampung cek kesiapan bakal calon stasiun bandara
 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019