Wamena (ANTARA) - Kapolres Jayawijaya, Provinsi Papua, Ajun Komisaris Besar Polisi Tonny Ananda Swadaya memastikan akan mengejar penyebar hoaks yang mengatakan bahwa "Indonesia meracuni penduduk asli Papua".

Kapolres Tonny Ananda Swadaya di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Selasa, mengatakan dalam postingan yang beredar itu tergeletak seorang pria berbaju ASN, dengan keterangan dia meninggal dunia karena diracuni melalui makanan.

"Kelompok elit separatis ini menyebar hoaks bahwa oknum pegawai itu diracuni oleh bangsa Indonesia. Jadi isunya dia keracunan makanan dan kami akan buru penyebar hoaks itu. Kejadiannya kemarin," katanya.

Kapolres mengatakan pegawai yang dikatakan meninggal karena diracuni itu masih hidup. Dia tertidur di trotoar pada Senin, (4/11) karena mabuk pinang.

"Orang yang ada di dalam foto itu sehat, dia tidak meninggal. Itulah isu yang selalu ditebarkan oleh kelompok tertentu agar memancing Wamena biar tidak aman," katanya.

Pasca-kerusuhan di Jayawijaya 32 September, kelompok separatis masih terus menyebar hoaks meresahkan di Jayawijaya hingga kini.

"Kelompok separatis itu masih ingin Wamena kacau, mereka akan bermain sampai Desember," katanya.

Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua mengatakan warga yang difoto lalu diposting dengan keterangan meninggal dunia, merupakan seorang pegawai Pemda.

Jhon memastikan telah memanggil pegawai bersangkutan untuk meminta penjelasan terkait fotonya yang beredar dengan keterangan diracuni.

"Saya juga lihat dari grup tadi pagi, dan itu disampaikan bahwa dia mati karena diracuni. Ternyata tadi saya panggil, orangnya masih hidup," katanya.

Berdasarkan keterangan ASN tersebut kepada bupati, ia tertidur di trotoar karena mabuk setelah makan pinang.

"Dia (ASN bersangkutan) akan lapor ke polisi terkait kabar yang diunggah di media sosial bahwa dia mati karena diracuni," kata bupati.

Bupati mengatakan belakangan ini kabar bohong yang dihembuskan oleh oknum tidak bertanggungjawab masih terus beredar dan meresahkan masyarakat.

"Forkopimda Jayawijaya terus berkoordinasi terkait antisipasi kabar bohong, sebab ada orang yang sengaja mengganggu keamanan di sini. Misalnya hoaks tentang demonstrasi di sekolah-sekolah minggu lalu," katanya.

Baca juga: Arkeolog: Papua anak sulung bangsa Indonesia

Baca juga: DPD RI bentuk Pansus Papua

Pewarta: Marius Frisson Yewun
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019