Jakarta (ANTARA) - Swiss bukan destinasi yang tepat bagi mereka yang berniat mengeluarkan biaya seminim mungkin atau low budget. Namun destinasi wisata kota dan alam di negara ini menawarkan perjalanan berkualitas, menurut Direktur Asia Tenggara Switzerland Tourism, Ivan Breiter.

"Bukan destinasi yang murah, tetapi kualitas perjalanan dan fasilitas di sana bagus, aman, bersih, mudah," ujar dia dalam temu media di Jakarta, Selasa.

Hal senada diungkapkan, EVP Head of Marketing Global Switzerland Tourism, Andre Hefti. Dia mengatakan, Swiss dikenal memiliki destinasi wisata bervariasi, namun negara itu lebih fokus menghadirkan pengalaman yang berbeda bagi wisatawan.

"Kami punya slogan 'Our Nature Energises You'. Akses ke alam mudah, Anda bahkan bisa meminum air langsung dari sungai, semuanya murni, coba rasakan," kata dia.

Ivan menuturkan, sama seperti Indonesia, Swiss juga menawarkan alam yang indah, ditambah suguhan gletser, kota-kota di pinggir danau dan sungai yang bersih.

"Kami juga mempromosikan berbagai aspek yang mendukung pengalaman berwisata di Swiss seperti keamanan, keandalan, warisan budaya, keragaman tempat, kenyamanan, relaksasi, serta keaslian alam," tutur dia.

Saat ini, ada kota-kota di Swiss yang cukup populer antara lain Zurich, Lucerne, Interlaken dan Jenewa.

perhitungan travel

Soal biaya perjalanan, Ivan mencontohkan perjalanan selama empat hari di Interlaken.

Biaya untuk dua orang untuk hotel misalnya menginap melalui fasilitas Airbnb sekitar 200 Swiss Franc (Rp2.821.218) per malam, akomodasi travel pass untuk kereta, bis dan transportasi di Swiss sekitar 150 Swiss Franc (Rp2.115.913), biaya makan sekitar 200 Swiss Franc namun ini disesuaikan dengan tempat makan pilihan masing-masing wisatawan.

Walau tak murah, namun Ivan mencatat ada kenaikan kunjungan wisatawan Indonesia ke Swiss, yakni 7,7 persen atau 97000 overnights pada tahun 2018.

"Tahun ini kami proyeksikan akan melampaui 100.000 overnights. Indonesia menjadi negara yang penting dengan potensi yang begitu besar ke depannya," kata dia.



Baca juga: Indonesia belajar pengembangan industri pariwisata dari Swiss

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019