Media, generasi kini, dan strategi
 
Para pembicara yang berasal dari berbagai kalangan di Korea Press Foundation (KPF) yang digelar di Seoul, 24-25 Oktober. KPF Journalism Conference 2019 mengangkat tema generasi muda, teknologi, dan strategi. (ANTARA News/Monalisa)


Jika konten berita lebih banyak dan mudah diakses daripada sebelumnya, mengapa generasi muda mengonsumsi berita pada tingkat yang lebih rendah daripada generasi sebelumnya? Apa yang dapat dilakukan organisasi media untuk menarik generasi saat ini?

Stephanie Edgerly, Associate Professor dari Northwestern University mengatakan ada pergeseran minat membaca berita dari generasi muda sekarang.

"Menjawab pertanyaan ini sangat penting tidak hanya dalam jangka pendek untuk merancang inovasi yang menargetkan kelompok ini, tetapi juga dalam jangka panjang, untuk mengamankan generasi konsumen berita di masa depan," ujarnya.

Stephanie yang dalam penelitian bagaimana media modern mengubah cara audiens mengonsumsi berita menggambarkan bahwa di dunia media saat ini, berita seperti di dalam sebuah supermarket. Orang akan memilih jenis berita apa yang mau mereka baca.

Faktanya, berdasarkan data survei nasional remaja di Amerika Serikat rentang usia 12-17 tahun, ungkap Stephanie, hanya 14 persen remaja yang mengonsumsi berbagai macam berita (news omnivores). Tercatat 52 persen yang tidak membaca berita (the un-audience).

Baca juga: Media digital versus buku teks

Baca juga: Ketika Teknologi Menjadi Pengawas Kita


Fakta ini juga melanda Korea Selatan, tetapi berhasil ditangkis dengan strategi oleh beberapa media yang menyasar milenial di negeri gingseng tersebut. Jin Young Park, CEO UPPITY, pernah jatuh bangun sebelum akhirnya sukses membangun media yang melayani generasi perempuan milenial yang bekerja.

"Kami pernah jatuh sebelum memulai brand yang disebut UPPITY. Brand sebelumnya adalah POV. POV gagal. Gagal karena kami tidak memahami kebutuhan dan situasi target pelanggan kami," jelas Jin Young.

Ia dan timnya kemudian melakukan riset, membuat pertemuan dengan target pelanggan dan memperhatikan gaya hidupnya, minat, serta masalah mereka.

"Dalam prosesnya, kami dapat menemukan masalah yang jelas, yakni 'masalah uang' yang dimiliki pelanggan. Sebagai hasilnya, kami datang untuk menciptakan solusi yang sama sekali berbeda untuk pelanggan yang sama. Jawabannya ditemukan di target, dan target penelitian adalah salah satu cara yang paling efektif," paparnya.

Menurut Jin Young, hasil penelitian menjadi kerangka kerja layanan UPPITY.

"Di pasar saat ini di mana target semakin tersegmentasi, misi pertama yang perlu dilakukan media adalah 'penelitian target' bukan 'produksi konten'," ujarnya.

Selain menggunakan email newsletter, UPPITY juga menjaga hubungan dengan pembacanya lewat acara seminar tentang investasi dan mengadakan kursus online.

Pentingnya mengenal kebutuhan pembaca generasi kini diperkuat oleh pengalaman NEWNEEK, media asal Korea Selatan yang berhasil memimpin di pasar buletin email Korea.

"Semakin kita meneliti tentang pembaca yang tidak membaca berita, bukan berarti milenial tidak membaca berita, tetapi kami menemukan bahwa mereka tidak memiliki pilihan untuk memilih berdasarkan karakteristik dan gaya hidup mereka," kata CEO NEWNEEK So Youn Kim.

Baca juga: Media cetak harus kembali menangkan kepercayaan publik

Baca juga: Dewan Pers ajak media massa kawal janji politik Pemilu 2019


Ia mengungkapkan, ada tiga kesulitan dalam konsumsi berita milenial Korea Selatan yang disurvei oleh NEWNEEK. Pertama, tidak ada waktu, dan mereka bingung tentang apa yang harus dicari. Kedua, sulit untuk memahami isinya dan mereka tidak mengetahui konteks sebelumnya. Ketiga, diganggu oleh komentar agresif dari iklan dan generasi yang lebih tua.

"Karena itu, NEWNEEK berfokus pada menciptakan solusi untuk ketiga masalah tersebut. Solusi NEWNEEK berhasil memenangkan hati milenial yang tidak membaca berita," tambah So Youn.

Hanya dalam waktu sembilan bulan setelah rilis, NEWNEEK sudah memperoleh 70.000 pelanggan dari mulut ke mulut. Sebagian besar pelanggan berusia akhir 20-an dan awal 30-an tahun, yang awalnya tidak menonton berita, dan tingkat buka email NEWNEEK adalah 45-50 Persen, yang dianggap sangat tinggi di pasar email.

"Hal terpenting yang harus dilakukan adalah memiliki 'hubungan'. NEWNEEK memberi nama pelanggan 'NEWNEEKERS' untuk membuat hubungan yang baik dengan mereka, berkomunikasi, dan mengubah konten berdasarkan percakapan. Ikatan dan kepercayaan yang tercipta dari hubungan yang baik menjadikan dasar untuk upaya yang lebih beragam," papar So Youn.

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019