Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) dinilai tidak berpeluang untuk duduk di kursi presiden pada 2009 dan kini hanya memiliki dua pilihan yaitu tetap mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai wapres atau menjadi negarawan. Hal tersebut dikatakan pengamat politik dari Universitas Indonesia Andrinof A Chaniago ketika berbicara pada pembahasan hasil Survei Politik Nasional II dengan tema "Prospek Calon Presiden dalam Pemilu 2009" yang diselenggarakan Indonesian Research and Development Institute (IRDI) di Jakarta, Senin. Andrinof berpendapat, posisi Jusuf Kalla sangat sulit karena untuk maju mencalonkan diri sebagai presiden hampir tidak mungkin sebab berdasarkan hasil survei, popularitasnya masih jauh dibandingkan SBY atau Megawati Soekarnoputri dan sejumlah nama lainnya. Menurut dia, jika dipaksakan untuk maju sebagai calon presiden pada 2009, maka hanya "mujizat" yang bisa menjadikannya berhasil. "Kalau kalah, jelas akan malu, sehingga saya rasa tidak mungkin maju mencalonkan diri (sebagai presiden). Pilihan JK sekarang adalah tetap menjadi pendamping SBY (sebagai wapres, red) atau menjadi negarawan saja," katanya. Karena itu, kata Andrinof, Jusuf Kalla dan Partai Golkar harus tetap menjaga hubungan baik dengan SBY. Di sisi lain, lanjutnya, bukan tidak mungkin kubu Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri akan melakukan manuver dengan menggandeng tokoh Golkar lain seperti Fadel Muhammad atau Akbar Tandjung, sehingga suara Golkar akan terpecah. Dalam kesempatan itu, Andrinof juga mengungkap kemungkinan duet Megawati Soekarnoputri dengan Hidayat Nurwahid yang dinilainya "cukup menarik" karena bisa saling memberikan sumbangan dalam menarik simpati pemilih. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008