Berdasarkan hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi karies di Indonesia rata-rata adalah 88,8 persen. Untuk itu, diperlukan program pencegahan karies gigi
Depok (ANTARA) - Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan dua guru besar yaitu Prof Dr drg Ellyza Herda yang merupakan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Gigi dengan kepakaran bidang Ilmu Material Kedokteran Gigi dan Prof Dr drg Sandra Fikawati,  Guru Besar Tetap Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan kepakaran Gizi Kesehatan Masyarakat.

Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Ir Muhammad Anis, M.Met. memimpin upacara pengukuhan guru besar tersebut di Balai Sidang UI, Kampus Depok, Jawa Barat, Rabu.

Prof Ellyza menyampaikan pidatonya berjudul “Perkembangan Resin Komposit sebagai Material Restorasi Gigi Masa Depan” sebagai judul pidato pengukuhannya.

Ia mengatakan berdasarkan hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi karies di Indonesia rata-rata adalah 88,8 persen. Untuk itu, diperlukan program pencegahan karies gigi.

Namun apabila karies telah terjadi, katanya, diperlukan tindakan pembuatan restorasi gigi. Sampai saat ini, resin komposit merupakan material restorasi gigi yang memberikan sifat estetik terbaik dan sifat mekanik yang tinggi dibandingkan restorasi direk sewarna gigi lainnya.

Pemakaian resin komposit sebagai material restorasi gigi semakin luas demikian pula indikasi pemakaiannnya. Namun lamanya restorasi bertahan di dalam mulut dapat berkurang karena berkembangnya lesikaries baru (karies sekunder) pada interface gigi-restorasi atau terjadi frakturmaterial.

Sedangkan Prof. Sandra menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Peran Gizi Ibu Laktasi dalam Pencegahan Stunting: Peluang yang Terabaikan.” Masalah kurang gizi, khususnya "stunting" (anak kerdil), telah ditetapkan sebagai masalah nasional dan pencegahannya menjadi prioritas nasional.

WHO menyebutkan bahwa stunting dimulai pada 1.000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) dan terkait dengan banyak faktor, termasuk status lingkungan, sosial ekonomi, infeksi, penyakit menular, defisiensi mikronutrien, asupan makanan, dan status gizi ibu.

Prof. Sandra menyoroti Intervensi Gerakan Nasional 1000 HPK berupa promosi menyusui kepada kelompok laktasi yang hanya berupa konseling individu dan kelompok. Intervensi ini kurang jika dibandingkan dengan kelompok lainnya.

"Dalam upaya pencegahan stunting yang komprehensif, maka diperlukan pula optimalisasi gizi ibu laktasi guna mencegah mulai terjadinya stunting di periode bayi 0-6 bulan," katanya.

Ia mengemukakan saat ini promosi air susu ibu (ASI) eksklusif enam bulan sangat gencar dilakukan oleh pemerintah dan oleh banyak organisasi nonprofit, tetapi tidak demikian halnya dengan promosi konsumsi gizi untuk ibu laktasi.

"Selama ini, status gizi ibu laktasi masih sangat kurang diperhatikan, sedangkan hal tersebut tidak boleh diabaikan dan perlu mendapat perhatian utama," katanya.

Baca juga: UI raih juara riset kedokteran gigi

Baca juga: UI kukuhkan dua guru besar dokter spesialis

Baca juga: FKM-UI berikan pelatihan petugas pengolah sampah di Bogor

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019