kita punya sumber tinggal bagaimana kita memanfaatkannya
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan opsi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) harus tetap disiapkan untuk mengantisipasi melonjaknya kebutuhan listrik masa depan.

Namun, Menristek menegaskan bahwa saat ini PLTN masih menjadi opsi terakhir menghasilkan energi listrik.

"kita harus mengeksplor semua yang bisa dikembangkan di Indonesia. Itu poin kenapa PLTN itu paling tidak, tidak hilang dari opsi," ujar Bambang dalam bincang-bincang tentang Arah Kebijakan Riset dan Inovasi dengan Memanfaatkan Pendanaan Mitigasi Perubahan Iklim yang diselenggarakan oleh Pangudi Luhur Alumni Club di SMA Pangudi Luhur, Jakarta Selatan, Rabu malam.

Menurut Menristek, Indonesia mempunyai sumber daya manusia untuk pembangunan PLTN dan eksperimen bisa dilakukan di reaktor nuklir yang sudah ada.

Baca juga: Bapeten tunggu kesiapan Kalimantan Barat soal PLTN
Baca juga: BATAN: Kalimantan Barat membutuhkan PLTN


Meskipun saat ini belum mengembangkan PLTN, namun opsi PLTN untuk sumber energi listrik harus direspon dengan penyiapan skema pembangunan yang aman karena kekhawatiran akan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan listrik yang pastinya makin besar di masa depan.

"Kita harus mengantisipasi ketika permintaan listrik naik dan konsumsi listrik per kapita di Indonesia juga naik seiring dengan kemajuan ekonomi Indonesia maka kita harus mengantisipasi apabila fossil fuel (bahan bakar fosil) itu tidak lagi menjadi bagian dari energi mix, jadi harus ada pengganti yang reliable dari batu bara," katanya.

Menristek mendorong Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) paling tidak untuk terus menyiapkan teknologinya sekaligus memastikan operasi PLTN nantinya bisa berlangsung dengan aman baik untuk konsumsi maupun operasi.

Bambang mengatakan untuk mengantisipasi kebutuhan listrik ke depan maka Indonesia harus siap dengan substitusi energi seperti surya, air dan angin, serta mengeksplor energi baru seperti nuklir.

Baca juga: BATAN dukung daerah yang ingin bangun PLTN
Baca juga: WALHI Kalbar minta presiden hentikan upaya pendirian PLTN


"Kalau pun kita belum mau mengembangkan sekarang, jangan tinggalkan sama sekali, jangan role out dari possibility," ujarnya.

​​Apalagi Indonesia sedang berupaya mengkomersialisasikan motor listrik dan mengembangkan mobil listrik, maka harus dipikirkan juga kebutuhan listrik mendatang untuk kendaraan dan keperluan kehidupan sehari-hari seperti listrik untuk pencahayaan dan peralatan dapur bertenaga listrik.

"Kita harus bangun pembangkit listrik tenaga nuklir  dan kita bangun jauh di lokasi dari gempa yaitu di Kalimantan karena resiko gempanya kecil sekali," ujar Bambang.

Menurut Bambang, Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) di bidang nuklir yang berkualitas seperti di Badan Tenaga Nuklir Nasional serta reaktor nuklir.

Reaktor nuklir di Bandung merupakan yang pertama di Asia Tenggara, dan reaktor nuklir paling baru ada di Serpong yang memiliki kapasitas lebih besar dari reaktor nuklir di Australia.

Baca juga: BATAN siap berikan bantuan pada daerah yang ingin bangun PLTN
Baca juga: DPD bahas rencana pembangunan rel kereta api dan PLTN di Kalteng

Bambang mengatakan awalnya Korea belajar nuklir di reaktor nuklir Indonesia di Bandung, dan sekarang sebagian besar listrik di Korea dipasok dari PLTN.

Dia mengatakan Kalimantan Barat saat ini masih mengimpor listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Bakun di Serawak, Malaysia.

Potensi air di Kalimantan Barat memang kurang, tapi Kalimantan Barat kaya akan uranium yang menjadi bahan bakar reaktor nuklir. Indonesia juga punya torium di Bangka Belitung yang bisa digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir.

"Kita punya sumber tinggal bagaimana kita memanfaatkannya," ujarnya.

Baca juga: Untuk PLTN, Kalbar terus dorong BATAN lakukan kajian
Baca juga: KEIN dorong ketersediaan listrik melalui PLTN





 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019