Kenyataannya di lapangan kondisi industri keuangan syariah di Indonesia masih jalan ditempat
Jakarta (ANTARA) - Anggota DPR RI Fraksi PKS, Anis Byarwati menyatakan pemerintah dapat mengoptimalkan peran ekonomi syariah di Tanah Air karena pada saat ini, kondisi industri keuangan syariah Indonesia di lapangan dinilai masih jalan di tempat.

"Kenyataannya di lapangan kondisi industri keuangan syariah di Indonesia masih jalan ditempat. Data terbaru yang disampaikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan pangsa pasar keuangan syariah baru mencapai 8,69 persen dari total pasar keuangan nasional," kata Anis dalam rilis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dari jumlah itu, ujar dia, pangsa pasar perbankan syariah tercatat hanya 5,94 persen. Sedangkan sisanya sebesar 2,75 persen merupakan pangsa pasar nonperbankan syariah.

Padahal, ia berpendapat bahwa dengan telah terbentuknya Komite Nasional Keuangan Syari'ah (KNKS) oleh pemerintah, maka seharusnya industri keuangan syariah Nusantara dapat berkembang cepat.

Baca juga: BI : Indonesia peringkat pertama dunia pengembangan keuangan syariah

Faktor tidak berkembangnya industri syariah, masih menurut Anis, antara lain permodalan keuangan syariah masih minim dibandingkan dengan bisnis keuangan konvensional.

"Minimnya permodalan menyebabkan industri keuangan syariah menghadapi permasalahan kedua yakni infrastruktur teknologi yang tidak kompetitif dibandingkan industri keuangan konvensional. Karena modal kecil otomatis ruang gerak industri keuangan syariah menjadi sangat terbatas sehingga sulit bagi industri ini untuk berkembang," katanya.

Faktor lainnya, lanjut Anis, unsur layanan dan kecepatan jasa keuangan syariah yang masih jauh tertinggal dibandingkan industri keuangan konvensional.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa pihaknya akan selalu mendorong perkembangan ekonomi syariah untuk menjadi salah satu sumber baru terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

Dody menuturkan hal tersebut terkait adanya dinamika pada perekonomian global yang akhirnya mempengaruhi berbagai sektor penunjang ekonomi nasional sehingga diperlukan suatu sumber pertumbuhan baru yang telah memiliki potensi kuat.

“Pengembangan sektor potensial yang dapat mendukung penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi baru perlu untuk terus digalakkan salah satunya melalui pengembangan ekonomi dan keuangan syariah,” katanya saat membuka acara FESyar Indonesia, di Surabaya, Rabu (6/11).

Menurut Dody, salah satu potensi besar tersebut adalah melalui adanya fakta bahwa penduduk muslim terbesar di dunia merupakan masyarakat Indonesia yaitu sekitar 207 juta orang atau 87,2 persen dari total penduduk tanah air.

Penduduk muslim Indonesia dapat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi terutama dalam rangka mengembangkan enam sektor unggulan industri halal di tanah air yaitu makanan halal, pariwisata halal, fesyen muslim, industri kreatif, pertanian terintegrasi, dan energi terbarukan.

Meskipun Dody tidak mengelak bahwa posisi Indonesia merupakan sebagai konsumen utama produk-produk tersebut, namun ia tetap optimis bahwa tanah air mampu menjadi produsen industri halal yang dapat mencukupi kebutuhan pasar global.

“Optimisme ini semakin menguat karena Indonesia baru saja menerima penghargaan dari Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019 sebagai peringkat pertama di dunia dalam mengembangkan ekosistem keuangan syariah,” ujarnya.

Baca juga: Bank Indonesia luncurkan dua buku keuangan syariah
Baca juga: BI: Pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah di Sekarkijang cukup baik

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019