Solo (ANTARA) -
Perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur mempertimbangkan banyak hal, kata Ketua Tim Pelaksanaan Pemindahan Ibu Kota Negara Imron Bulkin.

"Salah satunya adalah karena pertumbuhan urbanisasi yang sangat tinggi di Jakarta, konsentrasi penduduk Indonesia terbesar ada di Jawa khususnya Jabodetabek," katanya pada Seminar Nasional Civil Week 2019 dengan tema "Mengkaji Perencanaan Infrastruktur Dalam Pemindahan Ibu Kota Baru Guna Terwujudnya Indonesia Sentris" di Kampus UNS Surakarta, Kamis.

Baca juga: Jokowi akan bangun ibu kota baru dengan sistem klaster

Pertimbangan lain, menurut dia, adalah pembangunan infrastruktur yang tidak merata untuk wilayah luar Jawa serta kondisi lingkungan yang makin buruk seperti polusi udara yang tinggi, keterbatasan suplai air baku, penurunan permukaan tanah, dan naiknya muka air laut.

"Selain itu, juga sebagai salah satu upaya merepresentasikan identitas Indonesia yang hijau. Konsepnya nanti adalah 'smart, green, beautiful, sustainable city'. Kita akan bentuk 'forest city'," katanya.

Baca juga: Presiden ingin ibu kota baru dibangun berkonsep "smart metropolis"

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris PT Adhi Karya Parwanto Noegroho memberikan paparan dari segi perencanaan transportasi.

Ia mengatakan pemindahan ibu kota ini menjadi kesempatan Indonesia untuk mengkonsep ulang sistem transportasinya.

Baca juga: Tapal batas antardaerah ibu kota negara baru ditargetkan rampung 2020

"Untuk mewujudkan 'smart city' dan 'forest city' dibutuhkan empat ring sistem transportasi yang dikembangkan. Ring pertama dan kedua merupakan transportasi di lingkup pusat pemerintahan dengan menggunakan LRT dan bus. Ring ketiga, yaitu transportasi yang menuju ke pusat pemerintahan dengan LRT/ART dan MRT. Ring ini juga mengkombinasikan 'underground' dan 'at grade'," katanya.

Di ring 4, kata dia, mengupayakan transportasi yang dekat dengan hunian penduduk dengan menggunakan e-bus dan e-scooter di outer ring road yang hitech.

Baca juga: Desain ibu kota baru diharapkan diterjemahkan visi katalis peradaban

"Sistem transportasinya nanti harus menghubungkan ring-ring transportasi massal, dengan sistem transportasi terintegrasi. Lebih banyak menggunakan transportasi publik sehingga mampu memperkecil penggunaan kendaraan pribadi," katanya.

Sementara itu, terkait dengan seminar tersebut Rektor UNS Jamal Wiwoho mengatakan kajian infrastruktur dalam mengembangkan kota baru merupakan hal yang sangat penting.

Baca juga: Kominfo siapkan infrastruktur "smart city" ibu kota baru

"Sikap kritis sebagai akademisi, pelaku bisnis, pengambil keputusan, dan lain-lain akan menjadi masukan yang sangat baik bagi pemerintah," katanya.

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019