London (ANTARA News) - Mantan Duta Besar/Wakil Tetap RI untuk PBB di Jenewa, Dr. Makarim Wibisono, memimpin konferensi antaragama "Geneva Conference on Interfaith Cooperation and the Protection of Human Rights and Dignity" selama dua hari 1-2 September di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa. Konferensi bertujuan membangun jembatan perdamaian dan solidaritas antaragama dan meningkatkan perlindungan hak asasi dan martabat manusia, demikian Sekretaris I PTRI Jenewa Kamapradipta Isnomo dalam keterangannya kepada koresponden ANTARA News London, Rabu. Dikatakannya, Makarim Wibisono, memimpin sidang dalam kapasitasnya sebagai Presiden dan co-founder dari Geneva Interfaith Intercultural Alliance (GIIA) itu diharapkan akan dapat memberikan sumbangsih kepada PBB, khususnya Dewan HAM PBB, berupa pesan perdamaian dan solidaritas. Menurut Kamapradipta Isnomo, konperensi diikuti 12 tokoh muda yang mewakili berbagai kelompok agama dihadiri sekitar 180 peserta dari kalangan diplomat di Jenewa, tokoh rohaniawan, akademisi, teolog dan masyarakat internasional yang berbasis di Jenewa. Konperensi berhasil merumuskan deklarasi berjudul Deklarasi Antar-kepercayaan mengenai Perdamaian dan HAM "Interfaith Declaration on Peace and Human Rights" yang mengimbau pemimpin pemerintah dunia bekerjasama dengan pemimpin rohani dari seluruh agama dan kepercayaan guna menciptakan perdamaian dan toleransi antar-umat beragama. Deklarasi juga mengimbau pemerintah memperkenalkan kurikulum pelajaran mengenai pentingnya menerapkan hubungan antar-agama dan kepercayaan berdasarkan perdamaian dan toleransi. Deklarasi akan dikirim ke Dewan Keamanan PBB dan Dewan HAM PBB serta badan-badan PBB lainnya guna disahkan yang selanjutnya mengeluarkan Rencana Aksi atau plan of action. Menurut Kamapradipta Isnomo, benang merah yang dapat ditarik dari Konferensi ini adalah perlunya menurunkan tembok yang memisahkan umat agama, kepercayaan dan kebudayaan serta mengupayakan untuk melibatkan pemimpin agama dalam proses perdamaian dengan perspektif baru. Konferensi dibagi dalam enam sesi dengan pembahasan Dewan antar-Agama Perserikatan Bangsa-Bangsa, Perdamaian dan Agama, Perspektif Kepercayaan terhadap Kerjasama Perdamaian dan HAM dan Perspektif Kawasan terhadap Kerjasama Antar-Kepercayaan untuk Perdamaian dan HAM serta Peran Kerpercayaan dalam Perlindungan dan Martabat HAM. Sebagian besar dari 23 panelis yang hadir terdiri dari tokoh rohaniawan, akademisi dan teolog antara lain Dr. William McComish rohaniawan Nasrani dan Dean of Geneva`s St Pierre Cathedral, Dr. Bongkott Sitthipol, rohaniawan Budha dari Thailand, Mr. Hafid Ouardiri, tokoh dan rohaniawan Islam di Jenewa. Panelis lainnya Dr. Charles Graves (Interfaith International), Dr. Thomas Walsh, Sekrtaris Jenderal Universal Peace Federation, Dr. Rabin Izhak Dayan, rohaniawan Yahudi di Jenewa, Dr. Satish Joshi dari Hindu Forum, Direktur Human Rights without Frontiers, Willy Fautre dan Peter Zohrer, Presiden Forum Religious Freedom Europe. Hasil Konferensi perdana ini yang terdiri dari Interfaith Declaration on Peace and Human Rights dan Program of Action diharapkan dapat memberikan nilai perdamaian dan toleransi dari perspektif interfaith dan keagamaan. Konferensi difasilitasi PTRI di Jenewa bekerjasama dengan Perutap Filipina, Universal Peace Federation (UPF) dan Geneva Interfaith Intercultural Alliance (GIIA) diharapkan dapat dilanjutkan dengan memberikan penekanan pada "acceptance" atas perbedaan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008