Ambon (ANTARA) - Riset menjadi salah satu kunci utama untuk mendukung pengembangan industri kemaritiman di Indonesia, kata Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Zainal Arifin.

"Bicara mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk pengembangan industri maritim Indonesia, maka riset sangat dibutuhkan untuk bisa mengambil langkah-langkah dan kebijakan strategis," katanya dalam paparannya di Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI) XVI di Ambon, Kamis.

Ia mengatakan ada beberapa isu strategis terkait dengan pengembangan kemaritiman yang perlu diperhatikan, yakni kecenderungan regional di mana kebutuhan pangan, air dan energi, integrasi ekonomi regional antarkomunitas ASEAN, APEC dan IORA, serta kompetisi antarnegara.

Dari sisi kebijakan pemerintah di mana Indonesia sebagai poros maritim dunia, katanya, pembangunan harus berbasis sumber daya alam dan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, serta kemampuan iptek.

"SDM yang tersedia juga harus terus ditingkatkan melalui berbagai peningkatan kompetensi, seperti riset profesional, LPDP dan ISF," ucapnya.

Menurut Zainal, tren riset global saat ini mengacu pada topik-topik kebutuhan masyarakat dan orientasi terhadap kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Baca juga: COREMAP-CTI-KRS mulai riset potensi kemaritiman Indonesia

Terkait dengan kebutuhan masyarakat, katanya, riset mengenai samudera yang bersih, sumber polusi diidentifikasi, diukur dan dikurangi, berbagai polutan dihilangkan dari samudera menjadi topik yang paling teratas, disusul topik mengenai samudera yang sehat dan tangguh.

Topik riset tersebut lebih banyak bicara bagaimana ekosistem laut bisa dipetakan dan dilindungi dari berbagai dampak, termasuk perubahan iklim diukur dan dikurangi, juga penyediaan ekosistem laut yang berkelanjutan.

Ia mengatakan topik riset mengenai lautan yang bisa diprediksi, di mana masyarakat mampu memahami kondisi samudera saat ini dan di masa depan, memperkirakan perubahan dan dampaknya terhadap kesejahteraan manusia dan mata pencaharian.

Semua itu, kata Zainal, berorientasi pada kebutuhan masyarakat terhadap samudera yang aman, di mana komunitas manusia dilindungi dari bahaya laut dan keamanan operasi di laut dan di pantai dijamin, kemudian lautan produktif yang berkelanjutan, penyediaan pasokan makanan dan mata pencaharian alternatif terjamin.

"Masyarakat membutuhkan lautan yang transparan dan mudah diakses, di mana semua negara, pemangku kepentingan dan warga negara memiliki akses ke data dan informasi laut dan teknologi, serta mampu membuat keputusan berdasarkan informasi tersebut," kata dia.

Baca juga: Rokhmin Dahuri bahas LIN di pertemuan ilmiah tahunan ISOI 2019
Baca juga: PIT ISOI ke-XVI bahas iptek untuk industri maritim Indonesia

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019