Mestinya penguatan mata uang kuat Asia itu menjadi sentimen positif bagi rupiah, tetapi rupiah bergerak melemah meski stabilitasnya masih terjaga
Jakarta (ANTARA) - Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi cenderung tertahan meski sentimen perang dagang mulai membaik.

Pergerakan rupiah pada Jumat pagi ini melemah sebesar 26 poin atau 0,19 persen menjadi Rp14.021 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp13.995 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat, mengatakan Beijing telah menyatakan setuju untuk melakukan koordinasi penurunan tarif dan dengan nilai yang sama pada saat penandatanganan fase pertama.

"Pernyataan ini melegakan pasar karena sebelumnya ada indikasi potensi batalnya penandatangan ketika diumumkan penandatanganan kesepakatan dagang AS-China waktunya diundur ke Desember," katanya.

Ia menambahkan pagi ini (8/11) mata uang kuat di kawasan Asia seperti yen Jepang dan dolar Hong Kong menguat terhadap dolar AS.

"Mestinya penguatan mata uang kuat Asia itu menjadi sentimen positif bagi rupiah, tetapi rupiah bergerak melemah meski stabilitasnya masih terjaga," katanya.

Baca juga: Rupiah menguat di bawah Rp14.000, seiring peningkatan cadangan devisa

Ia mengatakan terjaganya stabilitas rupiah seiring dengan posisi cadangan devisa Indonesia yang meningkat. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, posisi cadangan devisa per Oktober 2019 tercatat sebesar 126,7 miliar dolar AS, naik dari posisi September 2019 sebesar 124,3 miliar dolar AS

"Posisi cadangan devisa itu akan membantu mendukung rupiah dan stabilitas rupiah ke depan di tengah permintaan valas dolar AS yang biasanya meningkat menjelang akhir tahun," katanya.

Ia memprediksi kemungkinan pelemahan rupiah berlanjut hingga akhir perdagangan sore ini menuju kisaran Rp14.000 hingga Rp14.030 per dolar AS.

Baca juga: Analis: IHSG akhir pekan bergerak variatif dengan peluang melemah


 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019