Jakarta (ANTARA) - Pebulutangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie mengatakan penyebab utama kekalahannya di babak perempat final turnamen Fuzhou China Open 2019 adalah cara pikirnya sendiri.

Seperti diketahui, dalam laga perempat final yang berlangsung Jumat, pria yang lebih akrab disapa Jojo itu ditumbangkan oleh pemain unggulan keempat asal Denmark Anders Antonsen dalam dua gim dengan skor 16-21, 11-21.

"Intinya, penyebab utama kekalahan tadi adalah cara pikir. Mungkin tadi cara pikir saya salah. Dari awal, bukan saya yang mengejar lawan, tapi saya yang dikejar terus," kata Jojo dikutip dari laman badmintonindonesia.org, Jumat.

Baca juga: Dihadang Antonsen, Jojo urung ke semifinal Fuzhou China Open

Menurut dia, apabila dalam pertandingan tersebut dia mampu menerapkan pola pikir yang benar, maka hasil akhirnya akan berbeda. Dia pun mengakui akibat cara berpikir yang salah itulah dia tidak dapat bermain secara maksimal.

"Saya merasa sangat under perform, benar-benar tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan. Permainan saya tidak bisa keluar, mungkin memang salah cara pikir. Setiap pukulan saya terasa ragu, dan tadi juga sempat merasa buntu," ujar Jojo.

Baca juga: Praveen/Melati dijegal unggulan ke-empat di perempat final

Kedepannya, dia pun bertekad untuk meningkatkan performanya agar mendapat hasil yang jauh lebih baik lagi. Selain itu, dia juga akan berusaha untuk berpikir keras dan menemukan motivasi serta semangat saat bertanding di lapangan.

"Ketika merasa buntu, harusnya saya berpikir lebih keras dan menemukan motivasi dan semangat lebih. Saya harus bisa mencari solusi. Itulah yang bisa dilakukan pemain-pemain top dunia, seperti (Kento) Momota di kondisi seperti ini," ungkap Jojo.

Dengan kekalahan Jojo pada hari ini, maka tidak ada lagi wakil Indonesia di sektor tunggal putra yang akan berlaga di babak semifinal Fuzhou China Open 2019 pada Sabtu (9/11) besok.

Baca juga: Masuk semifinal Fuzhou China Open, Marcus/Kevin tingkatkan fokus

Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019