Jakarta (ANTARA) - Beberapa tahun belakangan, musik K-pop semakin digandrungi di Indonesia.

Grup K-pop dari berbagai agensi seakan mengantre untuk menggelar konser di Jakarta yang rata-rata selalu diminati oleh penggemarnya.

Tahun ini saja ada sejumlah grup atau penyanyi K-pop yang manggung di Jakarta, di antaranya TVXQ, Red Velvet hingga Lee Hi.

Dibandingkan K-pop, jumlah perhelatan yang mengusung musik J-pop tidak sebanyak itu di Indonesia.

Grup idola Arashi, pengusung musik J-pop (Japanese Pop), baru singgah ke Indonesia setelah dua dekade berkarir di industri musik Jepang.

Mereka menyambangi Jakarta sebagai bagian dari tur promosi "Jet Storm" pada 10-11 November yang juga digelar di Singapura, Bangkok dan Taipei.

Baca juga: Jakarta, perhentian pertama Arashi jumpai penggemar di Asia

Arashi mengungkapkan pendapatnya tentang J-pop dan K-pop yang tampaknya lebih populer di Indonesia.
Sho Sakurai (kanan) dan Satoshi Ohno dari grup idola Jepang Arashi di konferensi pers "Jet Storm in Jakarta", Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Minggu (10/11/2019). (ANTARA/Chairul Rohman)


Sho Sakurai, salah satu anggota Arashi, mengakui musik-musik K-pop memang keren, menarik dan dikenal luas.

"Tapi kami bukannya tidak mau kalah dengan K-pop, kami ingin mengusung gaya kami sendir, gaya J-pop, keunikan J-pop," tutur Sho dalam konferensi pers di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Minggu.

Menurut Sho, mereka ingin memperkenalkan keunikan musik-musik J-pop pada dunia lewat Arashi tanpa membandingkannya dengan tipe musik lain.

"Kami mau lebih banyak orang mengenal J-pop. Ketimbang membandingkan dua itu (J-pop dan K-pop), kami ingin orang mengenal daya tarik baru J-pop."

Jun Matsumoto punya pendapat serupa dengan Sho mengenai J-pop dan K-pop. Setiap musik punya daya tarik sendiri, ujar pemeran drama ternama "Hana Yori Dango" itu.

"Kami ingin membuat orang mendengarkan musik dan menikmatinya," kata Matsujun yang berpikir musikalitas dua tipe musik itu berbeda.

Baca juga: Jun Matsumoto: "Saya tahu di Indonesia banyak penggemar Arashi"

Mengenai perbedaan antara musik J-pop dan K-pop, Jun berpendapat musik K-pop dibuat lebih menyasar pada pasar Barat.

"K-pop itu lebih menuju market Western daripada Asia, jadi mungkin perbedaannya di situ," kata Jun, menambahkan saat ini Arashi tertantang untuk lebih memperkenalkan J-pop pada dunia.
 
Jun Matsumoto dari grup idola Jepang Arashi di konferensi pers "Jet Storm in Jakarta", Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Minggu (10/11/2019). (ANTARA/Chairul Rohman)


Arashi yang berdiri sejak 3 November 1999 terdiri dari Masaki Aiba, Jun Matsumoto, Kazunari Ninomiya, Satoshi Ohno dan Sho Sakurai.

Mereka adalah salah satu grup idola ternama di Jepang. Selain rutin menggelar konser di berbagai penjuru Negeri Sakura, para personel Arashi aktif di dunia seni peran dan acara-acara ragam hiburan televisi.

Gebrakan terbaru dari Arashi adalah membuka akun resmi media sosial; Twitter, Facebook, Instagram, Weibo dan Tik Tok.

Sesuatu yang lazim dilakukan oleh penyanyi Barat atau K-pop ini hampir tak pernah dilakukan oleh artis di bawah naungan agensi Johnny & Associates -termasuk Arashi- yang selama ini tidak menyentuh dunia digital.

Baca juga: Tak hanya YouTube, Arashi juga buka kanal Spotify

Baca juga: Baru sehari dibuka, kanal YouTube Arashi diikuti 960.000 pelanggan


Selama 20 tahun terbentuk, Arashi hanya merilis lagu-lagu dalam bentuk CD. Single terbaru "Turning Up" yang rilis pada 3 November 2019 menjadi lagu pertama yang didistribusikan lewat platform musik digital. Video klipnya pun pertama kali tayang lewat kanal YouTube Arashi.

Mereka juga meluncurkan 64 single dalam kurun dua dekade berkarir di platform digital, memudahkan penggemar mendengarkan musik Arashi.

Keputusan ini dibuat tak lepas dari rencana Arashi untuk hiatus pada 31 Desember 2020 atas permintaan Satoshi Ohno yang ingin rehat dari dunia hiburan.
 

Baca juga: Kazunari Ninomiya minta saran soal rencana setelah Arashi hiatus

Baca juga: Satoshi Ohno "Arashi" kaget perbedaan cuaca Jepang--Indonesia

Baca juga: Masaki Aiba "Arashi" pernah urus komodo hingga orang utan di Indonesia

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019