Lamtoro ini kan hidup di lahan kering, jadi jangan ditanam di lahan flat karena lahan flat itu untuk komoditas lain
Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melirik pemanfaatan hasil hutan dari tanaman lamtoro untuk industri pakan ternak di daerah itu.

Gagasan itu mengemuka saat Gubernur NTB H Zulkieflimasyah bersama Wakil Gubernur NTB Hj Sitti Rohmi Djalilah beserta jajaran menerima audiensi perwakilan PT Sadana Arif Nusa dan Esa Samudra dalam rangka paparan usaha pemanfaatan hasil hutan lamtoro di ruang kerja Gubernur NTB di Mataram, Senin.

Gubernur Zulkieflimansyah menyambut positif rencana pengembangan tanaman lamtoro di kawasan Sambalia, Lombok Timur.

Tanaman lamtoro yang memiliki potensi sebagai pakan ternak harus dikembangkan menjadi industri pakan ternak untuk mendukung program pengembangan ternak di NTB.

Menurutnya, potensi besar ini segera disosialisasikan kepada masyarakat agar masyarakat mulai tertarik untuk pengembangan lamtoro secara massal di NTB.

Baca juga: Balitbang Kementan luncurkan aplikasi pakan berbasis android di Unej

"Hal ini sangat strategis untuk mendukung program industri pakan ternak di NTB," ujar Gubernur NTB.

Untuk itu Gubernur NTB meminta PT Sadana agar mengembangkan tanaman tersebut di lahan-lahan kering, tidak pada lahan yang datar yang memiliki potensi untuk komoditas lain.

"Lamtoro ini kan hidup di lahan kering, jadi jangan ditanam di lahan flat karena lahan flat itu untuk komoditas lain," jelasnya.

Sementa itu, Wagub NTB Hj Sitti Rohmi Djalilah meminta Sadana dan tim membuat analisis perbandingan potensi nilai ekonomis lamtoro dengan komoditas lainnya.

"Itu akan menjadi bahan sosialisasi kepada masyarakat sehingga gampang paham dan tertarik untuk menanamnya," ucapnya.

Umi Rohmi sapaan akrabnya ini menilai pengembangan lamtoro di kawasan Sambalia sangat strategis. Selain potensi pakan ternak, juga sebagai upaya pencegahan terhadap bencana alam yang kerap terjadi di daerah tersebut.

Senada dengan Gubernur NTB, Wagub NTB juga meminta PT Sadana membuat desain agar dari hulu hingga hilirnya masyarakat terjamin, untuk pengolahan dan pemasarannya.

Baca juga: Kementan: ekspor pakan ternak capai 3.726 ton

"Jangan nanti masyarakat sudah semangat menanam lamtoro, tapi tidak ada yang mengolah dan membeli," ujarnya.

Untuk itu menurut Wagub NTB, kajian akademis untuk perbandingan nilai ekonomisnya sangat perlu agar menjadi pemicu masyarakat untuk mau berpindah dari komoditas lain yang biasa ditanam selama ini.

Sebelumnya perwakilan dari PT Sadana, Mustari menjelaskan pengembangan lamtoro di Sambalia pada lahan seluas 400 hektare, dengan pola kemitraan dengan masyarakat.

Menurutnya, potensi lamtoro yang cukup strategis. Selain sebagai konservasi dan reboisasi, juga memiliki potensi besar untuk industrialisasi pakan ternak, karena memiliki protein tinggi untuk penggemukan ternak kambing dan sapi di NTB.

Dijelaskan Mustari, pengembangan Lamtoro di NTB akan dikoneksikan dengan sektor pertanian, peternakan dan pariwisata. Saat ini PT Sadana sudah mengembangkan Lamtoro dengan sistem drip irrigation. Penanaman juga menggunakan biji langsung, tidak menggunakan bibit berupa pohon. 

"Kami melakukan penanaman dengan biji langsung, tidak dengan bibit pohon karena dengan biji jauh lebih murah biayanya dari pada dengan bibit pohon," ujar Mustari.

Kepala Dinas Peternakan NTB, Hj Budi Septiani menilai industrialisasi pakan ternak dengan lamtoro sangat tepat untuk NTB. Apalagi, jika pengembangannya berjalan baik maka industri pakan akan terealisasi pada tahun 2020.

"Ini sagat tepat industrialisasi lamtoro, menuju kemandirian pakan ternak di NTB," katanya.

Baca juga: Batan: Jerami fermentasi jadi solusi pakan ternak di saat kekeringan

 

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019