Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil mengatakan, kolaborasi negara-negara di kawasan Asia harus terus diperkuat dan kerja sama yang konkret itu diperlukan agar bangsa Asia siap menyambut masa depan emas.

"Semua optimistis, masa lalu adalah abadnya Eropa, sekarang abadnya Amerika, tapi masa depan adalah abadnya bangsa Asia," kata Ridwan Kamil saat menghadiri opening ceremony 12th China-ASEAN Conference on People to People Friendship Organizations (CACPPFO) di Kabupaten Bandung Barat, Senin.

Gubernur yang kerap disapa Emil ini menambahkan bahwa kolaborasi negara ASEAN dan China juga sangat relevan dengan Dasasila Bandung, yakni 10 poin hasil pertemuan Konferensi Asia-Afrika yang dilaksanakan pada 18-25 April 1955 di Bandung.

Emil mengapresiasi 12th CACPPFO sekaligus bangga karena konferensi ini menunjuk Provinsi Jawa Barat sebagai tuan rumah.

Baca juga: Konferensi ASEAN-China akan hasilkan kesepakatan promosi hubungan

"Saya sangat berbahagia, karena forum ASEAN- China dilaksanakan di Jawa Barat. Mereka sangat senang, karena Jawa Barat punya history dimana orang-orang Asia-Afrika juga merumuskan kolaborasi di Bandung," ujarnya.

"Mengutip Dasasila Bandung, salah satunya perlunya bangsa-bangsa Asia selalu mengedepankan kolaborasi," lanjut Emil.

Untuk mengoptimalkan kolaborasi, Emil pun berharap agar bangsa ASEAN-China terus memperbanyak dialog.

Selain itu, Emil menegaskan bahwa kerja sama yang dibangun pun harus bersifat fair trade dan saling menguntungkan.

"Kita ingin maju, sejahtera, (secara) bersama-sama," kata Emil.

Baca juga: Indonesia kembali jadi tuan rumah Konferensi ASEAN-China

Sementara untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), 12th CACPPFO ini melibatkan Generasi Milenial dan Generasi Z.

Gubernur Emil mengingatkan, generasi ini harus mempersiapkan skill, kemampuan lobi, juga literasi digital, serta fokus pada dinamisnya pergerakan industri 4.0.

Sementara itu, Ketua Umum Lembaga Kerjasama Ekonomi dan Sosial Budaya Indonesia China Mayjen (Purn) Sudrajat mengatakan, konferensi yang digelar dua tahun sekali ini adalah langkah kolaborasi untuk menyepakati kerja sama masyarakat Asia dan China.

Di antaranya, kerja sama dalam membangun bidang ekonomi dan mempererat sosial-budaya.

"Itu adalah ranah yang kita bicarakan, sehingga harus ada langkah kerja sama yang terus-menerus, baik (melalui) pertukaran ahli, pertukaran siswa, dan lain-lain," kata Sudrajat.

"Kita juga menyambut adanya konektivitas antara Belt and Road Initiatives yang dikumandangkan oleh China dan ASEAN (dalam) punya Master Plan on Asia Connectivity, sehingga keduanya menjadi sinergi kedua kelompok rumpun Asean dan China," lanjutnya.

Sudrajat menambahkan, hubungan masyarakat ASEAN-China secara people to people yang lebih efektif akan menguatkan kerja sama yang saling menguntungkan.

Dia pun berharap, kerja sama yang dibangun bersifat transparan dan bebas korupsi.

Adapun 12th CACPPFO sendiri berlangsung pada 10-11 November 2019 dengan diikuti 91 perwakilan dari 11 negara serta ratusan investor/pengusaha dari dalam dan luar negeri.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019