Jakarta (ANTARA) - Aktor asal Malaysia Bront Palarae mengaku berusaha mengeksplorasi rasa ketika memerankan tokoh Darma dalam film "Love is A Bird".

"Eksplorasi rasa. Manusia ketika menyelami rasa diri. Itu sangat unik. Dia (Darma) seorang fotografer yang mencari jati dirinya," ujar Bront dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

"Love is A Bird" bercerita tentang bagaimana seni mencintai ketika harus membebaskan orang yang dicintai. Kisah cinta dalam film dikemas dengan unsur-unsur seni dalam pembuatan plot cerita.

Saat berperan sebagai Darma dalam film besutan sutradara Richard Oh itu, Bront juga mengaku terkendala pengucapan kata dalam bahasa Indonesia.

Baca juga: Harapan Richard Oh untuk penonton film "Perburuan"

"Kesulitan dialog. Bahasa Indonesia (saya) masih berantakan," katanya.

Padahal, "Love is A Bird" bukanlah film Indonesia pertama bagi Bront. Sebelumnya, dia juga terlibat dalam film-film lain Tanah Air seperti "My Stupid Boss", "Headshot", dan "Pengabdi Setan."

Tokoh Darma, dalam "Love is A Bird", dikisahkan tengah mengunjungi kota Yogyakarta. Di kota itu, dia bertemu dengan Naira (Ibel Tenny), seorang penari yang penuh ambisi.

Selain Bront dan Ibel, film itu juga didukung aktor dan aktris seperti Morgan Oey, Gemilang Sinatrya, Salvita De Corte, Ibnu Widodo, Teguh Ostentrik, Eko Supriyanto, dan Ernanta Kusuma.

Baca juga: Morgan Oey jadi tokoh kejutan di "Love is A Bird"

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019