ketika salah satu anggota keluarga mengalami penyakit kejiwaan, maka stigma negatif di masyarakat cepat melekat terhadap keluarga orang dengan gangguan jiwa itu
Kota Pekanbaru (ANTARA) - Manajemen Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Provinsi Riau mencatat pada periode Januari-September 2019 terdapat 1.365 pasien atau mengalami kenaikan  862 pasien dibandingkan periode Januari-September 2018 tercatat 503 pasien.

"Peningkatan kasus ini terjadi antara lain lebih karena masyarakat Pekanbaru sudah peduli pentingnya kesehatan mental untuk segera memeriksakan diri anggota keluarga mereka yang mengalami gejala gangguan kejiwaan biar tidak makin parah," kata Psikater RSJ Tampan Dr. Nining Gilang Sari M.Ked KJ Sp.KJ, dalam keterangannya di Pekanbaru, Selasa.

Menurut Gilang, untuk menekan tingkat keparahan penderita, masyarakat pun semakin menyadari pentingnya menjaga dan merawat kesehatan mental kendati masalah ini sering menjadi masalah yang tabu untuk diperbincangkan.
Baca juga: Menkes buka Jambore Kesehatan Jiwa di Pekanbaru

Ia menyebutkan, ketika salah satu anggota keluarga mengalami penyakit kejiwaan itu, maka stigma negatif di masyarakat cepat melekat terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) itu.

"ODGJ sering mendapat pandangan buruk masyarakat, mereka bahkan disebut orang gila yang sebaiknya masyarakat menyebutnya orang dengan gangguan jiwa, namun demikian kita bersyukur karena sebagian masyarakat kini mulai peka dan peduli pada ODGJ serta penderita pun sudah banyak yang tersentuh program perbaikan kesehatan," kata Gilang.

Ia mengatakan, berbagai program untuk mendukung peningkatan kesehatan ODGJ ini terus dilakukan, diantaranya melalui Program Asertive Community Treatment yakni program yang mengharuskan petugas cepat tanggap dengan gejala gangguan kesehatan mental.

Program pencegahan dan penanganan ini, katanya lagi, dilakukan pada tingkat dasar dan bekerjasama dengan Puskesmas, yakni Puskesmas Sidomulyo Timur Rawat Inap yang menjadi Puskesmas Siaga Sehat Jiwa.

"Sarana Puskesmas Siaga Sehat Jiwa disiapkan sedemikian rupa, sedangkan petugasnya diberi pelatihan dan penyuluhan rutin tentang kesehatan jiwa seperti Dokter, Perawat dan kader-kader Puskesmas. Mereka juga akan melakukan kunjungan ke rumah untuk mengecek kondisi pasien jika sudah tidak lagi terlihat pergi berobat untuk memastikan apakah kondisinya sudah sembuh atau belum," katanya.
Baca juga: Puluhan orang dipasung keluarga di Riau

Selain Puskesmas Sidomulyo ini, beberapa Puskesmas juga bekerjasama langsung dengan Dinas Kesehatan, selain itu sejak 2018 forum-forum diskusi kesehatan mental juga sering digelar oleh Dinas Kesehatan dengan mengundang pihak RSJ dan lembaga kesehatan lainnya. Ini merupakan upaya menggalakkan kepedulian masyarakat terhadap pasien dengan sakit kejiwaan yang dideritanya tidak terlihat secara fisik itu.

"Seluruh program dan upaya ini berjalan lurus dengan tema perayaan Hari Kesehatan Mental Dunia tahun 2019 yang bertemakan Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri," katanya.

Penyakit Gangguan Jiwa, lanjutnya, sama berbahayanya dengan penyakit fisik lainnya jika tidak ditangani dengan benar. Pada tingkat berat pasien dapat membahayakan orang lain dan dirinya sendiri bahkan berakhir dengan bunuh diri. Di Indonesia kasus bunuh diri masih tinggi, isu-isu bunuh diri dengan berbagai penyebab juga menjadi isu serius untuk diperhatikan.

Ia menghimbau tiap keluarga agar jangan menghindari mencari pertolongan untuk anggotanya yang mengalami gejala ODGJ itu, sebaiknya datang dan periksakan diri jika ada hal-hal yang mengganggu fungsi hidup dan menghambat kehidupan sehari-hari, mulai dari hal terkecil, seperti susah tidur, cemas berlebihan, ketakutan yang tidak terkendali hingga perasaan sendiri dan depresi.
Baca juga: Penderita Gangguan Jiwa di Dumai Naik
Baca juga: 312 kasus ODGJ ditemukan di Indragiri Hilir, Riau

 

Pewarta: Frislidia
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019