daya tahan dari sektor rumah tangga masih cukup kuat
Makassar (ANTARA) - Bank Indonesia mengatakan penurunan suku bunga acuan BI empat kali berturut-turut sebagai salah satu upaya melonggarkan perekonomian nasional di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Juda Agung disela Seminar BI-ISEI-LPS di Makassar, Rabu, mengatakan kebijakan tersebut juga diikuti dengan penurunan giro wajib minimum untuk menambah likuiditas ke perekonomian.

"Sehingga bank memiliki keleluasaan menyalurkan kredit, begitu juga kebijakan-kebijakan makroprudensial terkait uang muka kendaraan bermotor, uang muka rumah dan sebagainya," kata Juda pada seminar yang mengusung tema "Sinergi Peran Strategis BI dan Lembaga Penjamin Simpanan sebagai Penjaga Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia".

Menurut Juda, semua kebijakan itu tujuannya agar BI dapat mendorong pihak perbankan untuk menyalurkan kredit.

Sementara dari sisi daya beli masyarakat, diakui hingga saat ini dari hasil survei BI masih terjaga. Hal itu dapat dilihat dari konsumsi masyarakat masih di atas 5 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

"Dengan demikian, daya tahan dari sektor rumah tangga masih cukup kuat," katanya.

Baca juga: BI untuk keempat-kali pangkas bunga acuan jadi lima persen

Hal itu merupakan bagian dari perilaku ekonomi (economic behaviour) yang selalu menjadi target survei BI secara rutin pada sejumlah dunia usaha, rumah tangga, perbankan dan sebagainya.

"BI secara rutin melakukan survei kepada sejumlah dunia usaha, rumah tangga, perbankan dan sebagainya untuk melihat prilaku mereka, apakah dalam konteks pemberian kredit, ekspektasi konsumen terhadap perkembangan ekonomi ke depan, ekspektasi pembelian, jika ekspektasi perekonomian terindikasi melambat, maka diambil langkah-langkah mencegahnya," katanya.

Sementara itu, Kepala Kantor Persiapan Penyelenggaraan Program Restrukturisasi Perbankan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) R Budi Santoso mengatakan setiap tiga bulan dilakukan pertemuan BI, LPS, OJK dan Kementerian Keuangan untuk membahas perkembangan ekonomi.

"Dari pertemuan high level meeting itu, hingga saat ini fundamentalnya masih aman dan cenderung baik, meskipun pertumbuhan agak melambat. Jadi orang masih percayalah pada perbankan," katanya.

Baca juga: Tahan perlambatan ekonomi, BI pangkas kembali bunga acuan 0,25 persen

 
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Juda Agung (ketiga dari kiri) dan Kepala Kantor Persiapan Penyelenggaraan Program restrukturisasi Perbankan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) R Budi Santoso(kedua dari kiri) pada seminar BI-ISEI-LPS di Makassar, Rabu (13/11/2019). ANTARA/Suriani Mappong


Baca juga: CSIS: Penurunan BI rate tahan potensi perlambatan sektor konsumsi
 

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019