Medan (ANTARA) - Setelah sebelumnya dibuang ke sungai, ternyata bangkai babi juga dibuang di jalanan setelah tiga ekor bangkai babi dalam karung goni ditemukan warga di kawasan Jalan Gedung Arca, Kota Medan.

Kepala lingkungan I kelurahan Pasar Merah Timur Kecamatan Medan Area, Kota Medan, M Irsan, Kamis, mengatakan temuan bangkai babi itu berawal dari kecurigaan warga ketika mencium aroma tidak sedap dari tiga karung goni di pinggir jalan.

"Setelah karung itu kami buka ternyata bangkai babi berukuran besar," katanya.

Tiga karung berisi bangkai babi itu sudah terlihat di Jalan Gedung Arca sejak Kamis pagi pukul 08.30 WIB.

Baca juga: Polda Sumut selidiki pembuangan bangkai babi ke sungai

Baca juga: Dandim 0201/BS: Patroli bangkai babi menanggapi keresahan warga

Baca juga: Pemkot Medan bentuk tim khusus atasi permasalahan bangkai babi

 
Petugas kelurahan Pasar Merah Timur usai menemukan bangkai babi di wilayahnya. (ANTARA/Septianda)


Sementara itu Lurah Pasar Merah Timur, Sri Hartati mengatakan tiga ekor bangkai babi tersebut sudah dibawa oleh petugas kebersihan untuk dikubur.

"Udah kami tanam (kubur) bangkai babinya di kelurahan Sukaramai II," katanya.

Terkait bangkai babi yang dibuang ke jalanan, ia memerintahkan para kepala lingkungan di wilayahnya untuk terus mengawas dan memantau apabila menemukan pelaku yang membuang bangkai babi di jalanan atau tempat-tempat pembuangan sampah.

Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, babi yang mati akibat hog cholera atau kolera babi ditemukan di 11 kabupaten/kota di Sumut, yakni Karo, Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan,Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Samosir.

Babi yang terdata mati akibat hog cholera di Sumut sudah mencapai 5.800 ekor lebih.*

Baca juga: Belasan bangkai babi juga ditemukan di Sungai Babura Medan

Baca juga: Terkait bangkai babi, Dinkes Medan imbau warga tak gunakan air sungai

Baca juga: Temuan bangkai babi, Dinkes belum pastikan berdampak bagi kesehatan

Pewarta: Juraidi dan Septianda
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019