Sebagian besar aktivitas belajar-mengajar di Batang Dua diliburkan, karena saat gempa warga memilih lari menyelamatkan diri ke daerah ketinggian, karena khawatir adanya gempa susulan
Ternate (ANTARA) - Satuan Pendidikan Kecamatan Pulau Batang Dua, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara (Malut) menyatakan sebagian besar aktivitas sekolah di daerah itu diliburkan pascagempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo mengguncang Malut pada Jumat  dini hari.

"Sebagian besar aktivitas belajar-mengajar di Batang Dua diliburkan, karena saat gempa warga memilih lari menyelamatkan diri ke daerah ketinggian, karena khawatir adanya gempa susulan," kata Kepala Satuan Pendidikan Kecamatan Pulau Batang Dua, Kota Ternate, Naftali Herung saat dihubungi ANTARA dari Ternate, Jumat.

Menurut Naftali, sekolah yang memilih untuk diliburkan sebagian besar berada di dataran rendah dan pesisir pantai, baik itu di Pulau Mayau maupun Pulau Tifure.

Sebab, kata dia, warga yang tinggal di daerah tersebut sebagian besar memilih mengungsi ke dataran tinggi, sehingga pihaknya tidak mewajibkan sekolah untuk tetap beraktivitas, karena warga dan siswa masih diselimuti kekhawatirkan terjadinya gempa susulan.

Naftali mengakui, sebagian besar sekolah yang diliburkan itu di antaranya SMAN Batang Dua, tiga sekolah SMP sederajat yang berada di Pulau Tifure dan dua sekolah di Mayau, empat SD di Mayau dan dua sekolah berada di Pulau Tifure.

"Sejumlah kepala sekolah telah menghubungi, tetapi saya meminta kepada mereka untuk menunggu perkembangan resmi dari BMKG maupun pemerintah daerah terkait dengan gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo di Malut," kata Naftali.

Dia meminta agar pemerintah daerah maupun lembaga yang peduli terhadap pendidikan dapat membantu memulihkan trauma kepada para siswa akibat gempa yang menghancurkan rumah mereka.

Sementara itu, Direktur LSM Rorano, Asghar Saleh berharap seluruh siswa di daerah yang terdampak gempa, khususnya SD, SMP dan SMA di Pulau Batang Dua mendapat perhatian dari pemda setempat agar mereka dapat kembali mengikuti proses belajar mengajar, baik menggunakan tenda darurat maupun gedung sekolah yang tidak mengalami kerusakan.

Selain itu, kata Asghar, mereka harus disediakan tenda yang digunakan untuk sekolah darurat di sekitar lokasi pengungsian warga untuk memudahkan para siswa mengikuti kegiatan belajar sehari-hari, termasuk kegiatan lainnya yang terkait dengan proses pemulihan trauma mereka.

Baca juga: Gempa M 7,4 di perairan Maluku Utara, berpotensi tsunami

Baca juga: Gempa Jailolo-Malut dimutakhirkan magnitudonya jadi 7,1

Baca juga: Terjadi gempa susulan, warga Jailolo masih alami trauma

Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019