setiap tahun sektor industri hulu migas membutuhkan sumber daya manusia yang andal. Tak hanya sumber daya di bidang teknik tetapi juga non teknik.
Surabaya (ANTARA) - Kaum milenial ditantang untuk mengembangkan diri di industri hulu minyak dan gas, khususnya di Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas).

"Kami menantang kalian, kaum milenial untuk melihat dunia migas ini sebagai potensi untuk mengembangkan diri sbab kalianlah nanti penerus sumber daya migas di Tanah Air ini." kata Manager HR dan General Affairs Husky CNOOC Madura Limited (HCML), Wisnu Prasedyoko di Surabaya, Jawa Timur, Jumat.

Wisnu dalam kuliah tamu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu mengatakan setiap tahun sektor industri hulu migas membutuhkan sumber daya manusia yang andal. Tak hanya sumber daya di bidang teknik tetapi juga non teknik.

Urusan non teknik laina seperti humas, administrasi, manajerial juga membutuhkan SDM yang andal.

"Syarat utamanya harus mampu menguasai bahasa Inggris dan memiliki standar yang ditentukan oleh perusahaan," katanya.

Baca juga: PHE dan Pemkab Kepulauan Seribu segera sosialisasikan eksplorasi migas

Ia berharap dengan banyaknya informasi seputar dunia migas yang didapatkan oleh mahasiswa akan membuat pemikiran mereka tentang dunia kerja pun semakin luas.

Ia mengatakan Jawa Timur boleh dikatakan adalah surga gas alam, bahkan masyarakat di lima kota dan kabupaten di Jatim sudah merasakan nikmat dan murahnya gas alam di dapur rumah mereka masing-masing.

"Salah satunya adalah warga Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo yang baru menikmati jaringan gas (Jargas) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan gasnya diproduksi," katanya

Ia mengatakan, kini tak hanya industri dan restoran saja yang bisa menikmati gas bersih dan murah tetapi juga ibu-ibu rumah tangga.

"Semakin dibutuhkannya energi murah maka kebutuhan akan sumber gas alam pun meningkat, artinya dibutuhkan banyak eksploitasi gas alam untuk memenuhinya," tuturnya.

Ia menyebut,  eksplorasi dan eksploitasi gas adalah bisnis yang padat modal sebab proses pencarian sumber gas alam tidaklah mudah.

"Saat ini HCML merupakan 3 besar penyumbang produksi gas di Jatim dengan produksi gas sekitar 101 Million Metric Standard Cubic Feet of Day (MMSCFD), dengan market share 18 persen," katanya.

Sedangkan yang pertama masih dipegang Kangen Energy Indonesia (KEI) sebesar 27 persen, yang kedua PHE WMO sebesar 22 persen.

Baca juga: Santri Milenial Center dorong dunia penerbangan dukung ekonomi rakyat

Dikatakan, dunia eksploitasi minyak dan gas (Migas) tak hanya padat modal karena alat yang dibutuhkan untuk eksploitasi adalah investasi mahal, tetapi juga membutuhkan proses pencarian sumber gas yang panjang dan sarat dengan teknologi tinggi dan geologi mumpuni.

Tahap awal diperlukan uji seismik untuk melihat potensi gas di dalam perut bumi yang diprediksi memiliki sumber daya gas alam. Setelah proses uji seismik, baru akan dilakukan eksplorasi untuk melihat lebih riil potensi gas baik di bawah tanah (Onshore) maupun yang ada di bawah permukaan laut lepas (offshore).

"Setelah eksplorasi menghasilkan potensi gas yang ekonomis, perusahaan akan mencari pembeli gasnya dulu, sebab gas tak bisa distok dalam sebuah wadah penampung seperti halnya minyak mentah.

"Jadi kami harus menemukan pembeli dan jaringan pipanya dulu baru kami bisa melakukan eksploitasi atau produksi gas alam itu sendiri. Semua proses ini membutuhkan waktu, modal dan skill yang sangat detail," katanya.

Oleh karena itu, dunia migas tidak hanya butuh orang teknik, sebab yang dibutuhkan sangat banyak orang sosial, seperti dari ilmu telekomunikasi agar apa yang kami punya juga bisa didengar masyarakat lebih mudah.

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019