Brasilia (ANTARA) - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Kamis (14/11), Bolivia berada di ambang kekacauan dan ada kekosongan kekuasaan setelah pada Minggu Evo Morales, di bawah tekanan, mundur sebagai presiden.

Ketika berbicara di hadapan awak media di Brasilia pada KTT BRICS, Putin menyebutkan bahwa ia berharap siapa pun yang berkuasa di Bolivia dapat melanjutkan kerja sama dengan Moskow.

"Muncul situasi di mana tidak ada otoritas sama sekali," kata Putin. "Negara itu berada di ambang kekacauan."

"Sekejap semuanya berubah di Amerika Latin. Mari kita berharap akal sehat akan menang."
 
Para personel pasukan keamanan mengambil posisi waspada saat bentrok dengan para pendukung mantan presiden Bolivia Evo Morales di La Paz, Bolivia, Rabu (13/11/2019). ANTARA/REUTERS/David Mercado/tm


Moskow memilik kepentingan komersial di Bolivia. Di negara itu, badan nuklir negara Rusia sedang membangun sebuah pusat nuklir.

Morales baru saja pada Juni berkunjung ke Moskow untuk mengelar pembicaraan dengan Putin, menunjuk litium dan gas sebagai area kerja sama.

Sebelumnya pada Kamis, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan Moskow siap bekerja sama dengan pemimpin sementara Bolivia, namun menekankan bahwa pemimpin tersebut, Jeanine Anez,​​​​​ berkuasa tanpa mendapatkan kuorum penuh di parlemen.

Jeanine pada Selasa (12/11) menjadi presiden sementara Bolivia setelah Morales mundur di tengah situasi, yang dilihat Rusia seperti kudeta yang dirancang. 

Kementerian Luar Negeri Rusia pekan ini menuding oposisi Bolivia memicu kekerasan yang membuat Morales tak dapat menyelesaikan mandatnya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Morales kecam pengakuan AS atas pemerintahan baru Bolivia

Baca juga: Kepala Senat Bolivia jadi presiden sementara

Baca juga: Terima suaka, mantan presiden Bolivia angkat kaki ke Meksiko

 

84 Negara Diusulkan Bebas Visa Masuk Indonesia

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019