Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta seluruh kalangan masyarakat untuk membangun narasi kerukunan untuk mencegah radikalisme, serta tidak menggunakan kalimat yang dapat memicu intoleransi.

"Baik dari kalangan Muslim atau non-Muslim, narasi yang kita bangun itu narasi kerukunan, jangan narasi konflik, jangan narasi seperti orang berhadap-hadapan seperti 'kafir'," kata Wapres Ma'ruf di Istana Wapres Jakarta, Jumat.

Ungkapan-ungkapan positif harus terus dibangun, khususnya di media sosial, untuk menimbulkan nuansa persaudaraan dan tidak memicu konflik di kalangan masyarakat.

Menurut Wapres, ungkapan kebencian yang banyak muncul di media sosial akan menimbulkan konflik di kalangan masyarakat. Sehingga, pola pikir dan kebiasaan masyarakat untuk menciptakan narasi kerukunan harus dibiasakan sejak dini.

"Jadi kelompok mana saja, jangan munculkan narasi konflik karena ini juga menimbulkan terjadinya rasa permusuhan. Indonesia ini wilayah damai, wilayah aman, wilayah darussalam. Oleh karena itu jangan membawa narasi konflik ke Indonesia ini," jelasnya.

Dalam beberapa kesempatan, Wapres Ma'ruf mengatakan bahwa sikap radikal dan intoleran bersumber dari pola pikir seseorang yang kemudian direpresentasikan dalam tindakan.

Untuk mencegah penyebaran radikalisme tersebut, Wapres Ma'ruf meminta secara tegas kepada para ulama dan guru agama atau guru mengaji untuk mengajarkan Islam wasathiyah.

Sebelumnya, aksi teror terjadi di Medan, Sumatera Utara, yang dilakukan oleh seseorang berinisial RMN (24) lewat aksi bom bunuh diri di Markas Komando Polres Kota Besar (Polrestabes) Medan pada Rabu pagi (13/11). RMN diketahui terpapar paham radikal, bersama dengan istrinya yang berinisial DA. Paham radikal yang dianut RMN diduga berasal dari guru ngajinya, SA, yang saat ini masih dalam pencarian oleh tim gabungan dari aparat Polri.

Baca juga: Penyebaran pemikiran radikal disumbang lemahnya media dan pendidikan

Baca juga: Penggiat ingatkan hati-hati intoleran bisa naik level radikal

Baca juga: Direktur AMAN sebut ada beberapa faktor perempuan jadi pelaku teror

Baca juga: GP Ansor minta Pemprov NTT serius sikapi kelompok radikal


Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019