Kuala Lumpur (ANTARA) - Perbadanan Muzium Melaka Malaysia (Perzim) mengundang Dr. Choirul Mahfud selaku associate profesor dan dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk menjadi pembicara International Cheng Ho Festival, 13-16 November 2019 di Melaka, Malaysia. Choirul Mahfud ketika ditemui di Kuala Lumpur, Minggu, menjelaskan agenda konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Perzim sebagai representasi kepedulian pemerintah Malaysia dalam bidang peradaban perlu diapresiasi setinggi-tingginya.

“Saya bersyukur Alhamdulillah. Juga mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Malaysia, khususnya Perzim yang dipimpin Dr Mohd Nasruddin bin Rahman, yang telah mengundang saya sebagai salah satu pembicara,” ungkapnya.

International Cheng Ho Festival 2019 ini merupakan acara spesial, karena tidak selalu diselenggarakan setiap tahun.

Baca juga: Masjid Cheng Ho Surabaya rayakan 16 tahun kebinekaan
Baca juga: Masjid Cheng Ho donasikan Rp800 juta untuk korban gempa


“Menariknya, acara ini menjadi forum berbagi hasil riset dan publikasi seputar peran peradaban maritim Cheng Ho di kawasan Indonesia, Malaysia, Thailand dan sekitarnya", ungkap Choirul.

Choirul menambahkan bahwa forum ini juga menjadi media untuk pertemuan sekaligus berjejaring sesama peneliti dan mitra internasional tentang peradaban maritim di wilayah Asia Tenggara dan China.

“Cheng Ho merupakan sosok inspiratif terhubungnya satu jalur sutra pada masa dahulu yang masih terkait dengan masa kini dan mungkin masa depan," kata Choirul.

Baca juga: Wisata religi Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara
Baca juga: Wisata religi Sumatera, Surau Tanpa Atap hingga Masjid Cheng Ho


Inspirasi peradaban maritim Cheng Ho, menurut Choirul, memiliki karakter perubahan dan keberlanjutan di sejumlah negara di Asia Tenggara khususnya di Malaysia dan Indonesia.

"Di Indonesia, ada keberlanjutan dan perubahan dari inspirasi peradaban maritim Cheng Ho", ungkap Choirul.

Menurut Choirul, perubahan dan keberlanjutan peradaban Cheng Ho terlihat adanya jejak peta perjalanan semacam tol maritim dari satu ekspedisi ke berikutnya.

"Juga keberlanjutan peradaban itu dari adanya pembangunan klenteng dan Masjid Cheng Ho di sejumlah kota besar di Indonesia", imbuhnya.

Choirul melihat adanya hubungan antara pembangunan masjid Cheng Ho di Indonesia dan sejarah adanya ekspedisi Cheng Ho di Nusantara, khususnya di Indonesia.

"Saya tidak bisa membayangkan bila Cheng Ho tidak pernah singgah atau berkunjung ke Indonesia. Apakah masjid Cheng Ho akan berdiri hingga hari ini ?," katanya.

Intinya, menurut Choirul, acara forum konferensi internasional yang diinisiasi oleh Perzim Malaysia merupakan tahapan awal yang perlu dilanjutkan dalam agenda berikutnya setelah konferensi.

"Harapannya, ikhtiar membangun peradaban di kawasan Asia Tenggara terus berjalan sesuai dengan misi bersama dalam kemajuan dan kesejahteraan baik dalam program wisata, character building, edukasi dan riset kolaborasi atau program bermutu lainnya untuk kemanfaatan dan kemuliaan," katanya.

Baca juga: Untuk ketiga kalinya Dubes AS kunjungi Masjid Cheng Ho
Baca juga: Napak tilas jejak Cheng Ho di Sabang


Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019