Jakarta (ANTARA) - Maskapai Garuda Indonesia mulai mengurangi frekuensi penerbangan dari 21 kali seminggu menjadi empat kali seminggu untuk menghindari kerugian menyusul situasi politik Hong Kong yang semakin tidak kondusif.

"Justru dengan mengurangi frekuensi, kita menghindari 'loss' (kerugian). Kita terbangkan pesawat ke Hong Kong sesuai permintaan yang ada saat ini," kata Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan dalam pesan singkat di Jakarta, Senin.

Ikhsan menjelaskan pengurangan frekuensi penerbangan itu sifatnya sementara karena situasi di Hong Kong belum kondusif dan permintaan menurun.

Baca juga: Bandara Hong Kong kembali dibuka, penerbangan Garuda normal hari ini

"Ini sifatnya 'tactical' (taktis) karena situasi di Hong Kong belum kondusif dan permintaan menurun," ujarnya.

Ia mengatakan akan kembali menerbangkan pesawat dengan frekuensi normal apabila kondisi di Hong Kong membaik.

Ikhsan menjelaskan pesawat yang biasanya terbang ke Hong Kong, saat ini dialihkan ke rute lain yang permintaanya tinggi.

"Pesawatnya kita gunakan untuk menambah frekuensi di rute yang lain yang permintaanya sudah bagus," katanya.

Baca juga: Putus dengan Garuda, Sriwijaya rombak direksi

Selain itu, lanjut dia, bukan hanya Garuda, hampir seluruh maskapai mengurangi frekuensi penerbangan ke Hong Kong saat ini.

Kondisi Hong Kong saat ini semakin memanas menyusul banyaknya aksi demonstrasi mahasiswa yang bentrok dengan polisi yang diawali protes keras terhadap UU ekstradisi sejak Agustus lalu.

Aksi massa itu juga sempat merambah ke Bandara Internasional Hong Kong di mana sejumlah penerbangan terganggu.

Kondisi terakhir, mengutip dari Reuters, yakni polisi Hong Kong menembakkan gas air mata ke arah pemrotes saat mereka berusaha keluar menyelamatkan diri dari satu kampus yang terkepung pada Senin.

Pada saat yang sama, ratusan lagi pengunjuk rasa prodemokrasi bertahan di dalam kampus dengan bersenjatakan bom bensin serta jenis-jenis senjata lainnya. Para aktivis itu bersiaga menghadapi kemungkinan serangan yang ditujukan untuk mengusir mereka.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019